Senin 07 Oct 2019 13:03 WIB

Islam dan Pluralitas

Pluralitas atau adanya perbedaan suku, bangsa, dan ras merupakan keniscayaan.

Pengungsi korban konflik di Wamena menangis setibanya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Pengungsi korban konflik di Wamena menangis setibanya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia merupakan negara yang dihuni beragam suku, bangsa, agama, ras, dan budaya. Hal ini berpotensi memicu konflik di tengah-tengah masyarakat apabila tidak ada pengikat hakiki yang mampu mempersatukan.

Konflik Papua yang terus meluas hingga kerusuhan Wamena yang berujung pengusiran warga pendatang di wilayah tersebut konon awalnya dipicu oleh rasialisme. Perlu dipahami bahwa pluralitas atau adanya perbedaan suku, bangsa, dan ras merupakan keniscayaan.

Apabila kita melihat sejarah ketika Islam berjaya, kaum Muslim yang tersebar dari Afrika sampai Asia yang terdiri atas berbagai suku, bangsa, dan budaya dapat hidup secara damai dan harmonis. Hal ini karena pengikat mereka adalah akidah Islam.

PENGIRIM: Tolawati Pida, Makassar

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement