Senin 05 Aug 2019 15:26 WIB

Kedata, Maksimalkan Potensi Media Sosial

Saat ini, Kedata Indonesia diinkubasi Amikom Business Park.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Ilustrasi.
Foto: Dokumen.
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rilis 'We Are Social' per Januari 2019 menunjukkan ada 150 juta pengguna media sosial di Indonesia. Facebook, YouTube, dan Instagram jadi platform yang paling banyak digunakan.

Keberadaan lebih dari separuh populasi di dunia maya mendorong berbagai pihak mampu mengoptimalkannya sebagai kanal informasi dan sumber informasi. Pebisnis, pemerintah, dan lain-lain.

Pembahasan di media sosial hampir selalu aktual. Secara sukarela, pengguna media sosial membagikan tanggapan atau opininya mengenai berbagai isu yang dekat dengan dirinya.

Bagi yang berkepentingan memahami tren di masyarakat, ini menjadi sebuah ladang emas untuk mendapat pengetahuan sebanyak-banyaknya. Salah satu pendekatan paling efektif melalui ilmu data.

Kedata Indonesia hadir sebagai perusahaan konsultan yang sediakan sarana analisis big data media sosial. Baik untuk perusahaan, pemerintah, pusat penelitian, maupun perorangan.

Pendekatan big data diperlukan karena sumber data seperti media sosial sangat dinamis. Tiap detik selalu ada ribuan hingga jutaan konten yang diunggah dan tiap waktu trending topic berubah.

Memanfaatkan ilmu data, pengguna bisa mudah melihat tumpukan data dengan bantuan visualisasi. Ada tiga layanan yang ditawarkan Kedata mulai dari MyEda, Academy, dan Analytics.

MyEda merupakan analytics tools berbasis machine learning. MyEda dapat memberikan masukan metode analisis yang diperlukan berdasar tipe data yang didapat tanpa pemahaman statistika.

Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan kumpulan data mampu dijabarkan dengan sebaik mungkin. Kemudian, menghasilkan masukan yang bermanfaat untuk berbagai kebutuhan.

"MyEda menghadirkan solusi untuk orang-orang yang tidak punya pemahaman statistika bisa melakukan ekstraksi informasi dari data-data yang tidak terstruktur," kata CEO Kendata, Ujang Fahmi.

Kemudian Kedata Analytics, platform yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kampanye digital dan pemantauan media. Alat itu membantu pengguna untuk lebih memahami target konsumen.

Lalu, memahami kekuatan merek di pasaran sampai kompetisi bisnis sesuai tren yang berkembang di media dan jejaring sosial. Produk ini terbagi dalam paket-paket layanan sesuai kebutuhan bisnis.

Terakhir, Sadasa Academy, sarana bagi yang mau belajar ilmu data. Dikemas lewat lokakarya intensif, menargetkan beragam kalangan mulai dari akademisi, pebisnis, hingga wirausahawan.

Kurikulum didesain dari tahap pemula, menengah hingga tingkat lanjut. Materi mulai dasar pemrograman data science R, sentiment analysis, visualisasi data, forecasting, data modeling, dan lain-lain.

Unggulkan algoritma data science komprehensif, back tracking dan semantic network jadi kelebihan Kedata. Algoritma back tracking memungkinkan sistem memberi solusi terukur dan sistematis.

Mereka bisa menguji berbagai kemungkinan yang didapat dari hasil kalkulasi data. Sedangkan, semantic network menjadi teknis representasi kecerdasan buatan.

"Secara matriks dan metode analisis (coding) yang diterapkan, produk dan kurikulum Kedata dapat dipertanggung jawabkan dalam teori sosial," ujar Ujang.

Kedata berpusat di Yogyakarta dan berdiri sejak 2018. Startup ini didirikan lima orang yang bertemu di Sagasitas, sebuah komunitas yang fokus di bidang pengembangan dan penelitian tingkat SMA.

Selain Ujang, ada CTO Canggih Puspo Wibowo, Director Business & Partnership Rika Anggoro Prasetya, CMO Aulia Surya Prayoga, dan Big Data Specialist Krisostomus Nova Rahmanto.

Saat ini, Kedata Indonesia diinkubasi Amikom Business Park untuk mengembangkan bisnis dan penetrasi produknya. Mereka jadi salah satu startup yang terpilih mendapatkan modal Dikti melalui PPBT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement