Senin 15 Jan 2018 18:39 WIB

Kenali Gejala Khas Penyakit Difteri

Kegiatan sosialisasi dan pemberian vaksin difteri.
Foto: Dokumen.
Kegiatan sosialisasi dan pemberian vaksin difteri.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Tidak semua masyarakat memahami gejala penyakit difteri yang kini menjadi perhatian khalayak. Padahal, difteri merupakan salah satu penyakit infeksi akut dan menular yang perlu diwaspadai.

Seperti dijelaskan dr Citra Primavita Mayangsari dari RSI Sultan Agung Semarang, Jawa Tengah, difteri adalah penyakit yang permulaannya sangat ringan.  Meski begitu, masyarakat dinilai wajib mengetahui apa saja gejala khasnya.

"Antara lain timbulnya selaput putih seperti warna durian (beslag) di daerah mulut, tenggorokan, dan amandel" ujarnya, ketika menyampaikan sosialisasi dan pemberian vaksin difteri dalam peringatan Milad ke-36 Yayasan Kemala Bhayangkari,  di Kendal, belum lama ini.

Gejala khas itu, lanjut dr Citra,  juga disertai dengan demam yang tidak tinggi. "Atau nglemeng (istilah Jawa, red), nyeri tenggorok, nyeri telan, serta stridor/ngorok" katanya.

Menurutnya, difteri adalah salah satu penyakit infeksi akut dan menular yang disebabkan kuman Corynebacterium Diphteriae. Jika dibiarkan berlarut, bisa mengakibatkan sesak napas dan tentu saja berujung kematian.

Hal lain yang menurut dr Citra perlu dipahami adalah kuman penyebab difteri menyebar melalui semburan ludah dari seseorang saat batuk atau bersin. "Partikel air yang keluar dari seorang yang terkontaminasi kuman difteri akan segera berpindah ke orang sehat" jelasnya, dalam siaran pers.

Demikian pula anak-anak perlu diberitahu untuk tidak minum air pada botol yang sama dengan temannya. Bila menemukan anak dengan gejala khas seperti itu, saran dr Citra, segera  memeriksakan ke klinik atau pusat pelayanan kesehatan terdekat.

"Bila dibawa ke rumah sakit, tidak tertutup kemungkinan pasien akan dilakukan tindakan isolasi," kata dia.

Adapun cara pencegahan yang efektif bagi anak agar tidak terkena difteri adalah melalui imunisasi. "Imunisasi dasar DPT pada usia anak 2, 4, dan 6 bulan. Kemudian diulangi lagi pada usia 18 bulan atau 4 sampai 6 tahun" ujarnya.

Imunisasi juga bisa dilakukan setelah sakit tiga bulan setelahnya. Ia menegaskan, dengan kepedulian orang tua terhadap anak dan sekitarnya menjadi senjata ampuh untuk menekan penularan dan pencegahan difteri.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement