Senin 18 Dec 2017 04:31 WIB

Benarkah Secangkir Teh Sanggup Hindari Risiko Glaukoma?

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Indira Rezkisari
Berhenti sejenak dari rutinitas dan menyesap secangkir teh mampu menghilangkan stres dan tekanan.
Foto: pexels
Berhenti sejenak dari rutinitas dan menyesap secangkir teh mampu menghilangkan stres dan tekanan.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Masyarakat Inggris percaya banyak penyakit yang bisa disembuhkan dengan secangkir teh, termasuk bisa mengurangi risiko glaukoma. Sementara, para ahli mengatakan penelitian tersebut tidak menunjukkan teh akan melindungi manusia dari risiko glaukoma sepenuhnya.

Peneliti yakin, antioksidan dan anti-inflamasi alami yang ditemukan dalam teh, mungkin berperan dalam mengurangi kemungkinan seseorang meningkatkan risiko tersebut. Glaukoma, yang diperkirakan mempengaruhi sekitar 57,5 juta orang di seluruh dunia, disebabkan oleh tekanan cairan di dalam mata yang merusak saraf optik dan dapat menyebabkan kebutaan jika tidak terdeteksi.

Sementara risiko meningkat seiring bertambahnya usia, hal itu juga dapat mempengaruhi bayi dan anak kecil. Diterbitkan di British Journal of Ophthalmology, para peneliti di AS melihat hasil pemeriksaan mata dari 1.678 peserta berusia 40 tahun atau lebih. Serta menganalisis data dari ketahanan kesehatan dan gizi selama 2005-2006.

Mereka juga mengukur asupan kopi, teh panas, minuman ringan dan es teh dalam satu tahun terakhir, dan apakah minuman tersebut berkafein atau tidak mengandung kafein. Dari 84 peserta yang ditemukan memiliki glaukoma, mereka tidak minum kopi, minuman ringan atau es teh.

Hal itu juga tidak menjadi masalah apakah minuman itu tanpa kafein atau tidak. Namun, tim tersebut mencatat ada kaitan dengan teh panas pada umumnya, dengan konsumsi lebih dari enam cangkir sepekan, cenderung tidak memiliki glaukoma.

Sebenarnya, risiko bagi mereka yang menikmati minuman tradisional dalam jumlah seperti itu 74 persen lebih rendah. ''Singkatnya, individu yang mengonsumsi teh panas cenderung tidak memiliki diagnosis glaukoma dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi teh panas,'' tulis para penulis, dikutip dari Independent, Ahad (17/12).

Para peneliti menerima fakta ada keterbatasan dalam penelitian ini, termasuk kurangnya data tentang jenis peminum teh. Kemungkinan kesalahan dalam diagnosis dan fakta bahwa sangat sedikit peserta yang mengalami glaukoma.

''Dengan demikian, mereka menyarankan agar peminum teh harus menyadari bahwa hasilnya adalah sebelum dan setelah minum teh tidak dapat mencegah glaukoma,'' kata Anne Coleman, rekan penulis penelitian dari University of California, Los Angeles.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement