Senin 27 Nov 2017 15:26 WIB

Penggunaan Aspirin Bisa Kurangi Risiko Kanker

Rep: Novita Intan/ Red: Indira Rezkisari
Aspirin
Foto: EPA
Aspirin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Individu yang secara teratur menggunakan aspirin pereda rasa sakit cenderung mengalami penurunan risiko kanker pencernaan yang signifikan. Berikut hasil sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 600 ribu orang.

Temuan menunjukkan bahwa pasien yang diberi resep aspirin setiap hari menunjukkan penurunan 47 persen kejadian kanker hati dan kanker esofagus. Kanker lambung berkurang 38 persen, kanker pankreas sebesar 34 persen sementara kanker kolorektal sebesar 24 persen.

Kanker pencernaan mencakup hampir seperempat kasus kanker di Eropa. Kanker kolorektal, lambung dan pankreas berada di dalam lima besar pembunuh kanker di seluruh benua, dengan kanker pencernaan yang mewakili 30,1 persen kematian akibat kanker.

"Temuan menunjukkan bahwa penggunaan jangka panjang aspirin dapat mengurangi risiko pengembangan banyak kanker besar," kata pemimpin peneliti Kelvin Tsoi, Profesor di Universitas China Hong Kong seperti dilansir dari laman The Indian Express.

"Yang perlu dicatat adalah pentingnya hasil untuk kanker di dalam saluran pencernaan, di mana pengurangan kejadian kanker sangat penting, terutama untuk kanker hati," tambah Tsoi.

Hasilnya dipresentasikan pada Pekan Gastroenterologi Eropa ke-25 di Barcelona. Selain itu, efek penggunaan aspirin jangka panjang juga terlihat pada penurunan leukemia, kanker paru-paru dan prostat yang signifikan dan beberapa kanker myeloma payudara, kandung kemih, ginjal dan multiple myeloma.

Untuk penelitian ini, tim membandingkan pasien yang diberi resep aspirin dalam waktu lama (setidaknya selama enam bulan, durasi rata-rata aspirin yang ditentukan adalah 7,7 tahun) dengan pengguna non-aspirin. Sementara penggunaan aspirin diperdebatkan di dalam komunitas medis, sebuah penelitian baru-baru ini juga menemukan bahwa pasien yang berhenti mengkonsumsi aspirin 37 persen lebih mungkin mengalami kejadian kardiovaskular yang merugikan, seperti serangan jantung atau stroke, dibandingkan dengan mereka yang melanjutkan pengobatan dengan aspirin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement