Ahad 14 May 2017 13:06 WIB

Golongan Darah Selain O Disebut Lebih Berisiko Terkena Serangan Jantung dan Stroke

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Winda Destiana Putri
Stroke
Stroke

REPUBLIKA.CO.ID, GRONINGEN -- Penelitian yang dilakukan tim dari Universitas Medical Center, Groningen, Belanda, menyebutkan ada korelasi antara golongan darah dengan potensi kemungkinan mengalami penyakit jantung. Orang dengan golongan darah non O (A, B, AB) disebut memiliki risiko lebih tinggi terkena serangan jantung dan stroke dibanding orang dengan golongan darah O.

Kesimpulan tersebut didapat berdasarkan hasil analisis dari terhadap lebih dari 1,3 juta orang. Berdasarkan hasil analisa tersebut, orang dengan golongan darah selain 0 memiliki kemungkinan gangguan kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke, mencapai lebih dari sembilan persen. Kendati begitu, kesimpulan ini belum final. Pasalnya. tim peneliti belum bisa memastikan, apakah dua variabel tersebut memiliki korelasi sebab-akibat secara langsung atau ada pengaruh yang lain.

Untuk itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi tersebut. ''Disebutkan, orang dengan golongan darah non-O memiliki resiko lebih tinggi terkena serangan jantung dan angkat kematian karena kardiovaskular secara keseluruhan. Namun, sara ini berasal dari studi kasus dengan kontrol yang memiliki tingkat bukti cukup rendah. Jika hal ini bisa dikonfirmasi lebih lanjut, maka dapat memberikan dampak terhadap jenis pengobatan yang diberikan kepada seseorang,'' kata ketua tim peneliti, Tessa Kole, seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (3/5).

Kendati begitu, dari penelitian itu setidaknya dapat disimpulkan ada kemungkinan korelasi antara golongan darah seseorang dan tingkat risiko terkena gangguan kardiovaskular. Golongan darah memang ditentukan sebelum orang lahir dan dibentuk berdasarkan campuran spesifik antibodi dan antigen yang ada di sel darah.

Kole menyebutkan, dalam penelitian terbaru mereka, 1,3 juta individu didapatkan dari peneltian yang berbeda dalam jangka waktu tertentu. Di satu jangka waktu, peneliti mengambil sampel sebanyak 771.113 orang yang memiliki golongan darah non-O, dan 519.743 memiliki golongan darah O.

Kemudian, ternyata mereka menemukan, sekitar 14 dari 1.000 individu kelompok darah O terus mengalami gangguan kardiovaskular, mulai dari serangan jantung dan stroke, hingga penyakit arteri koroner dan gagal jantung. Sedangkan untuk orang dengan kelompok darah non-O presentase itu mencapai 15 dari 1.000 orang. ''Kami menunjukan, kelompok darah non-O memiliki resiko kejadian kardivaskulaer sebesar 9 persen. Angka itu mungkin cukup kecil dari sudut pandang individu, namun jika dilihat dari seluruh populasi, hal itu dapat membuat perbedaan,'' kata Kole.

Pada penelitian sebelumnya, tepatnya di sebuah studi pada 2015, menyebutkan, orang dengan golongan darah tertentu memiliki tingkat kolesterol lebih tinggi dibanding dengan golongan darah lainnya. Namun, penyebab biologis dari hal ini masih belum dapat dipastikan.

Salah satu penjelasan yang bisa ditawarkan, ujar Kole, adalah orang dengan golongan darah O memiliki tingkat konsentrasi protein yang tinggi dalam hal pembekuan darah. Kondisi ini disebut faktor Von Willebrand. Namun, itu masih menjadi hipotesis awal. Tim peneliti masih harus melakukan riset lanjutan untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Termasuk dengan adanya variabel-variabel lain.

''Namun, untuk masa mendatang, golongan darah juga diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan penilaian resiko untuk penanganan gangguan kardiovaskular, bersamaan dengan tingkat kolesterol, usia, jenis kelamin, dan kondisi tekanan darah,'' tutur Kole.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement