Rabu 26 Apr 2017 17:47 WIB

Tiap 1 Jam 1 Perempuan Indonesia Meninggal Akibat Kanker Serviks

Rep: Rr Laeny Sulistywati/ Red: Indira Rezkisari
Warga menuggu antrian untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara dalam kegiatan pekan deteksi dini kanker di Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta, Selasa (11/10).
Foto: Republika/Prayogi
Warga menuggu antrian untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara dalam kegiatan pekan deteksi dini kanker di Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta, Selasa (11/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua umum Indonesian Working Group on HPV Prof Dr dr Andrijono, SpOG (K) menyebut setiap jam minimal satu perempuan di Indonesia meninggal dunia akibat kanker serviks. Berdasarkan data 2015, satu dari setiap 1.000 perempuan diperkirakan terkena kanker serviks di Indonesia.

Ia menambahkan jika jumlah kaum hawa di Tanah Air 100 juta dan yang menikah 60 persen diantaranya atau 60 juta menikah maka sebanyak 60 ribu perempuan positif kanker serviks ini. Dari 60 ribu perempuan positif kanker serviks, 70 persen diantaranya stadium lanjut dan 42 ribu stadium lanjut meninggal dalam kurun waktu 1.000 hari.

"Artinya jika 42 ribu (penderita kanker serviks) yang meninggal per hari, maka per jamnya sekitar 1,7 orang atau minimal satu," katanya usai ditemui di peluncuran Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS), di Jakarta, Rabu (26/4).

Ia menyebut perempuan saat ini sedang dalam situasi genting terkena kanker serviks. Terlebih perempuan yang sudah menikah atau aktif secara seksual. Untuk itu, ia meminta supaya perempuan mencegah sejak dini.

Karena, ia menerangkan Human Papilloma Virus (HPV) merupakan virus yang menular dan suka tempat yang lembab. Untuk itu ia menular lewat hubungan seksual dengan penderita HPV atau kontak kulit. Kemudian jika daya tahan tubuh tidak dijaga maka tujuh tahun kemudian HPV akan menyebabkan kanker serviks.

"Oleh karena itu, pencegahan dan deteksi melalui skrining dan vaksinasi HPV lebih baik dilakukan sejak dini daripada pengobatan. Tetapi kalau mau vaksin harus skrining dulu yaitu pap smear, tes DNA, dan Inpeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk menemukan apakah ada HPV," ujarnya.

Ia menyebut kanker akibat virus ini merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah. Kalau hasilnya  negatif ia mengimbau ke langkah selanjutnya yaitu mendapat vaksin HPV dan untuk usia 9 sampai 14 tahun disuntik sebanyak dua kali karena daya tahannya masih bagus dan usia 14 tahun keatas mendapat vaksin bertahap sebanyak tiga kali.

Namun, kata dia, jika positif HPV masih bisa diawasi dan kalau prakanker bisa mendapatkan pengobatan dan ketika kanker stadium awal bisa operasi. Meski operasi dilakukan, ia menyebut 20 persen kemungkinan HPV bisa kembali. Dan kalau sudah stadium lanjut 2B, kata sia, maka tindakan operasi maupun penyinaran tidak banyak berguna. Ia menyebutkan ada dua tipe HPV yang menyebabkan kanker yaitu 16 dan 18. Untuk itu ia meminta perempuan yang sudah aktif melakukan hubungan seksual agar menjalani skrining rutin sebaiknya setahun sekali. Sementara untuk perawan atau anak perempuan supaya cepat mendapat vaksin HPV.

"Meskipun HPV bisa menular lewat kontak kulit tetapi setidaknya bisa dicegah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement