Kamis 09 Feb 2017 17:43 WIB

Awas! 6 Makanan Ini Dapat Rusak Metabolisme Anda

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Sepotong roti.
Foto: Pixabay
Sepotong roti.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebelumnya, penambahan atau penurunan berat badan dianggap hanya bergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi dan jumlah yang digunakan oleh tubuh. Penelitian lalu menunjukkan hal sebaliknya karena tidak semua kalori dibuat dengan setara.

100 kalori dari minuman kaleng bersoda, misalnya, memiliki dampak yang jauh berbeda dengan 100 kalori dari brokoli ketika masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, metabolisme tubuh juga memegang peranan penting.

Sayangnya, beberapa makanan memiliki dampak yang dapat mengacaukan metabolisme tubuh sekaligus tinggi akan kalori. Berikut ini ialah enam jenis makanan tersebut seperti dilansir Fox News.

Margarin

Margarin merupakan salah satu sumber dari lemak jenuh. Lemak jenuh dalam margarin dapat merusak metabolisme karena lemak jenuh bisa menyebabkan resistensi insulin. Insulin merupakan hormon yang digunakan dalam metabolisme lemak dan karbohidrat. Resistensi insulin dapat menyebabkan metabolisme melambat dan penambahan berat badan khususnya di bagian perut karena di bagian tersebut penumpukan lemak terjadi dengan mudah.

Soda

Salah satu alasan soda memiliki reputasi yang buruk ialah minuman ini memiliki rasa manis dari high fructose corn syrup (HFCS). HFCS merupakan pemanis murah yang ditemukan di banyak makanan olahan dan juga minuman bersoda namun merusak. Penelitian dari American Journal of Clinical Nutrition mengungkapkan adanya hubungan antara HFCS dan obesitas.

HFCS dapat menyebabkan obesitas karena pemanis ini memiliki dampak negatif terhadap metabolisme tubuh. Faktanya, konsumsi HFCS dapat menyebabkan kondisi 'sindrom metabolik' yang merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung, diabetes dan stroke. Oleh karena itu, minum satu gelas soda dapat secara langsung merusak metabolisme.

Roti Putih

Roti putih dan karbohidrat sederhana lain dapat dengan mudah diurai dengan mudah dalam tubuh karena serat di dalamnya telah hilang selama proses produksi. Akibatnya, tubuh tidak harus membakar simpanan kalori dalam tubuh untuk memecah makanan yang termasuk karbohidrat sederhana ini. Kondisi ini membuat metabolisme dalam tubuh bekerja lebih lambat.

Sebaliknya, makanan yang tinggi serat dapat meningkatkan metabolisme karena tubuh harus bekerja lebih keras untuk memecah serat tersebut. Salah satu contoh makanan tinggi serat ialah gandum utuh.

Sapi Ternak

Daging yang berasal dari sapi ternak konfensional dapat merusak metabolisme tubuh. Alasannya, sapi ternak konvensional mendapatkan lebih banyak asupan antibiotik jika dibandingkan dengan sapi yang dilepas bebas di lahan luas untuk mencari panganan rumput segar sendiri.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Front Public Health, antibiotik dapat membahayakan bakteri baik dalam usus. Perubahan pada bakteri dalam usus ini berkaitan dengan penambahan berat badan. Alasannya, perubahan yang terjadi mempengaruhi cara tubuh dalam mengolah makanan.

Sederhananya, mengonsumsi antibiotik dari sapi-sapi ternak konvensional ini dapat berujung pada peningkatan berat badan. Akan lebih baik jika daging sapi yang dipilih berasal dari sapi yang dibiarkan lepas dengan bebas untuk mengonsumsi rumput segar yang tumbuh di tanah.

Apel Konvensional (Non Organik)

Ada alasan kenapa buah-buah organik memiliki harga yang sedikit lebih mahal. Sebuah penelitian dari Journal of Medical Toxicology menunjukkan bahwa dampak beracun pestisida dari buah dan sayur dapat menyebabkan perubahan metabolik pada tikus. Perubahan ini menyebabkan para tikus mengalami penambahan berat badan.

Tikus-tikus di kelompok pertama mengonsumsi sayur dan buah dalam jumlah yang sama dengan kelompok tikus lain yang mengonsumsi sayur serta buah organik. Akan tetapi, tikus yang mengonsumsi sayur dan buah biasa tetap mengalami penambahan berat badan.

Temuan ini menunjukkan bahwa perubahan metabolik yang terjadi pada tikus di kelompok pertama ini secara langsung disebabkan oleh pestisida. Salah satu opsi untuk membatasi paparan pestisida ialah dengan membeli buah dan sayur organik. Cara lainnya ialah dengan langsung mencuci bersih semua sayur dan buah yang baru saja dibeli.

Minyak Canola atau Minyak Sayur

Meski sebelumnya dianggap sebagai makanan sehat, minyak canola sebenarnya memiliki dampak yang berlawanan. Alasannya, minyak canola merupakan salah satu sumber utama dari asam lemak omega-6 yang dapat memperlambat metabolisme. Di sisi lain, minyak sayur dan lemak terhidrogenasi (sumber tinggi omega-6) memiliki sifat pro-inflamasi dan konsumsi keduanya diketahui berkaitan dengan obesitas.

Jurnal Nutrients memuat hasil penelitian yang menyatakan bahwa konsumsi asam lemak omega-6 serta rasio tinggi dari omega-6/omega-3 berkaitan dengan penambahan berat badan baik pada binatang maupun manusia sedangkan asupan asam lemak omega-3 yang tinggi dapat menurunkan risiko penambahan berat badan.

Lebih lanjut, tim peneliti menjelaskan bahwa asam lemak omega-6 dapat mendorong terjadinya resistensi insulin yang berkaitan dengan penumpukan lemak dan resistensi leptin yang berkaitan dengan kesulitan merasa kenyang. Untuk membatasi asupan omega-6, ganti minyak canola dengan minyak zaitun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement