Kamis 03 Nov 2016 09:20 WIB

Bahaya di Balik Minuman Energi Berlebihan

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Minuman berenergi
Foto: pixabay
Minuman berenergi

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang pekerja konstruksi dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi hati yang cukup parah. Ahli menilai kerusakan hati ini disebabkan oleh kebiasaan pria berusia 50 tahun tersebut menenggak empat hingga lima porsi minuman energi setiap hari selama tiga minggu.

Sebelum dilarikan ke rumah sakit di Florida, pria tersebut merasa tidak enak badan selama dua minggu. Sakit di bagian perut yang ia rasakan kemudian dengan cepat menimbulkan rasa mual dan muntah.

Dari gejala-gejala tersebut, pekerja konstruksi ini mengira ia hanya terkena penyakit seperti flu sehingga tidak segera mengunjungi dokter. Akan tetapi, Pria tersebut kemudian merasa ada yang salah dengan kesehatannya ketika warna urinnya menjadi gelap dan kulit serta matanya menjadi kuning.

Minuman energi yang dikonsumsi oleh pria tersebut pada dasarnya merupakan minuman energi biasa yang umum dijumpai di pasaran. Selama tiga minggu terakhir, pria ini merasa perlu untuk mengonsumsi empat hingga lima porsi minuman energi per hari agar bisa bekerja maksimal dalam waktu kerja yang panjang.

Hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa pria tersebut menderita inflamasi hati berupa hepatitis yang parah. Meski pria tersebut memiliki riwayat pernah terkena virus hepatitis C, tim peneliti menilai hal tersebut bukan penyebab memburuknya kondisi si pria. Tim peneliti menilai kebiasaan menenggak minuman energi berlebihlah yang kemungkinan menyebabkan pria tersebut berakhir dengan penyakit yang dapat merusak hati.

Alasannya, tim peneliti mengatakan selama tiga minggu mengonsumsi minuman energi berlebih, pria tersebut mendapatkan asupan vitamin B3 atau niacin (niasin) sebesar 160-200 mg per hari. Jumlah tersebut, lanjut peneliti, sudah melebihi ambang batas untuk menyebabkan keracunan.

"Keracunan cenderung memburuk dengan efek akumulasi. Tiap botol minuman energi yang ia minum mengandung 40 mg niacin atau 200 persen dari yang direkomendasikan per hari," jelas peneliti melalui jurnal BMJ Case Reports.

Setelah tiga hari mendapatkan perawatan di rumah sakit, gejala-gejala yang dirasakan oleh pria tersebut menghilang. Kemudian pada hari keenam, pria tersebut sudah diperbolehkan pulang dengan syarat ia harus menjauhi berbagai produk yang mengandung niacin.

Tim peneliti mengungkapkan, hasil observasi yang mereka temukan bisa jadi merupakan sebuah kebetulan. Oleh karena itu, tim peneliti tidak menyimpulkan bahwa hasil temuan mereka merupakan bukti bahwa minuman energi yang benar-benar menyebabkan menurunkan kondisi kesehatan pria tersebut. Hanya saja, kejadian ini dinilai peneliti bisa menjadi dorongan untuk lebih waspada.

"Berdasarkan kasus ini dan laporan sebelumnya, kami menyarankan pasien yang sudah memiliki gangguan hati untuk lebih berhati-hati ketika mengonsumsi minuman energi yang mengandung niacin," pesan peneliti, dilansir dari Malay Mail Online.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement