Sabtu 22 Oct 2016 05:15 WIB

'Kanker Payudara Bukan Akhir Segalanya'

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Andi Nur Aminah
Deteksi Kanker Payudara
Foto: AP
Deteksi Kanker Payudara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga kini, kanker payudara masih identik dengan ketakutan dan akan berujung pada kematian. Menurut penyintas kanker payudara, Diana Subianto, pola pikir itu perlu diubah. Penyakit kanker seharusnya juga tidak dianggap sebagai hal yang menakutkan.

"Kanker bukan akhir dari segalanya. Selalu ada harapan, apalagi sekarang sudah ada kemajuan teknologi, dokter yang mumpuni, obat-obatan, hingga BPJS," ujar perempuan 60 tahun itu.

Diana menceritakan, ia didiagnosis mengidap kanker payudara pada 1999. Kondisi dirinya terlambat dideteksi sehingga tingkatan kanker sudah cukup tinggi yakni stadium 3B.

Ia sempat tak percaya sampai harus meyakinkan diri ke empat dokter berbeda. Setelah semua dokter menyatakan sama, ia menjalani serangkaian pengobatan berupa operasi, radiasi, dan kemoterapi selama tiga tahun yang disebutnya sangat melelahkan dan cukup menjatuhkan mental.

Ibu dua anak itu bersyukur kini telah sembuh total dan tidak mengalami keluhan apapun terkait kanker yang dulu diidapnya. Diana lantas bergabung dengan komunitas penyintas kanker bernama Cancer Information and Support Center (CISC) mulai 2004.

Selama bergabung di CISC, ia mendapat banyak informasi dan dukungan dari sesama penyintas kanker. Perempuan yang menjabat sebagai Ketua Bidang Ekonomi Kreatif dan Kesenian CISC itu juga belajar banyak hal seperti menyulam, membuat puding, memasak resep sehat, hingga menggagas pentas seni seperti menari dan parodi.

"Banyak kegiatan mengajak pasien yang sedang menjalani pengobatan supaya tidak rendah diri dan menunjukkan bahwa para penyintas masih bisa berkreasi dan bermanfaat bagi sesama," kata Diana yang menulis buku bersama anggota CISC lain berjudul Berdamai dengan Kanker.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement