Sabtu 06 Aug 2016 08:07 WIB

Benarkah Penggunaan Tabir Surya Cegah Kanker Kulit?

Rep: Adysha Citra R/ Red: Andi Nur Aminah
Tabir surya untuk melawan dampak sinar matahari.
Foto: earth911
Tabir surya untuk melawan dampak sinar matahari.

REPUBLIKA.CO.ID, Menggunakan tabir surya setiap hari dianggap dapat mengurangi risiko kanker. Padahal belum ada cukup bukti bahwa penggunaan tabir surya dapat menghalau risiko kanker kulit.

Dalam penelitian yang dipublikasi pada Cochrane Library, Arevalo-Rodriguez, Sanchez dan tim mencari tahu sejauh mana manfaat tabir surya dalam perlindungan kulit. Melalui penelitian tersebut, tim peneliti berupaya mencari tahu sejauh mana manfaat tabir surya dan upaya perlindungan lain dari matahari. Seperti pengenaan topi hingga kacamata hitam terhadap perlindungan kult dari kanker.

Dalam penelitian yang dilakukan di Australia, tim peneliti melibatkan sekitar 1.600 peserta penelitian dengan acak selama empat tahun. Selama masa penelitian, tim peneliti berfokus pada sel basal dan beberapa sel lain yang umumnya memicu kanker kulit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tabir surya secara rutin tidak menunjukkan adanya perbedaan berarti dalam mngurangi risiko kanker kulit. Meski begitu, tim peneliti menilai hasil penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh faktor waktu. Masa empat tahun penelitian bisa jadi belum cukup karena dibutuhkan paparan sinar matahari selama beberapa tahun untuk mengecek ada atau tidaknya keabnormalan pada kulit.

Oleh karena itu, kepala peneliti Dr Ingrid Arevalo-Rodriguez dan Dr Guillermo Sanchez dari Instituto de Evaluacion Technologica en Salud di Kolombia menilai hasil penelitian mereka tidak berarti menyatakan bahwa pemakaian tabir surya tidak dibutuhkan. Arevalo-Rodriguez mengatakan masyarakat tidak boleh berhenti untuk melindungi kulit mereka dari paparan cahaya matahari dengan berbagai upaya demi pencegahan.

"Penting bagi pasien dan pelanggan utnuk tidak berhenti melindungi kulit mereka sampai ada bukti yang lebih baik," pesan Arevalo-Rodriguez seperti dilansir Huffington Post.

Hal senada juga disampaikan oleh dokter spesialis kulit Dr Laura Ferris dari University of Pittsburgh. Ferris mengatakan bahwa masyarakat masih perlu melakukan berbagai upaya perlindungan ketika berada langsung di bawah paparan sinar matahari. Upaya-upaya perlindungan itu bisa dilakukan dengan pemakaian tabir surya, pengenaan topi hingga berteduh di tempat yang tidak terkena sinar matahari.

"Kurangnya bukti bukan berarti bahwa proteksi darj sinar matahari tidak memiliki dampak pada risijo kanker kulit, hanha dampaknya saja yang sulit untuk diukur," terang Ferris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement