Senin 18 Apr 2016 12:25 WIB

Waspada, Phthalate Tinggi Ada di Makanan Cepat Saji

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andi Nur Aminah
Makanan Cepat Saji (Ilustrasi).
Foto: IST
Makanan Cepat Saji (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makan makanan cepat saji alias fast food membuat kadar bahan kimia berbahaya (phthalate) dalam tubuh kian meningkat. Phthalate adalah kelompok kimia plasticizer yang digunakan dalam berbagai macam produk sehari-hari.

Bahan kimia ini larut dalam kemasan makanan berbahan plastik. Para peneliti di Milken Institute School of Public Health, George Washington University adalah yang pertama meneliti hubungan antara konsumsi makanan cepat saji dengan paparan bahan kimia ini. Kepala penelitian, Amy Zota dan rekannya mengkaji data 8.877 peserta.

Mereka mengumpulkan informasi dengan cara membagikan kuisioner serta mengambil sampel urin setiap responden. Responden diminta menjawab pertanyaan rinci tentang apa makanan yang mereka makan, terutama jenis makanan cepat saji dalam 24 jam terakhir.

Sampel urin untuk mengetahui kandungan dua jenis rantai phthalate, yaitu di-isononyl phthalate (DINP) dan di-2-ethylhexylphlatate (DEHP). Dilansir dari Medical News Today, Senin (18/4), satu paket makanan cepat saji mengandung lebih dari 23,8 persen DEHP dan 40 persen DINP. Temuan ini menunjukkan semakin banyak seseorang mengonsumsi makanan cepat saji, maka semakin tinggi mereka terpapar phthalate.

Makanan berbahan gandum, seperti roti, kue, pizza, burito, nasi dan mie memberi kontribusi paling signifikan untuk paparan phthalate. Ini karena makanan-makanan tersebut ada dalam kemasan makanan plastik.

Bisphenol A (BPA) sering dikaitkan dengan masalah kesehatan dan perilaku, terutama di kalangan anak-anak. Tim Zota juga mencari tanda-tanda kandungan BPA dalam tubuh responden. Hasilnya, kandungan BPA tertinggi ditemukan pada mereka yang sering makan produk daging siap saji.

"Orang yang makan makanan cepat saji memiliki level phthalate 40 persen lebih tinggi. Ini merupakan kekhawatiran karena phthalate telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan serius pada anak-anak dan orang dewasa.

Masuknya DEHP dan DINP ke dalam tubuh berpotensi mengganggu sistem reproduksi, termasuk infertilitas alias kemandulan. Zota menyarankan supaya menghindari makan makanan cepat saji karena jumlah lemak, garam, dan kalorinya tinggi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement