Senin 15 Feb 2016 10:05 WIB

Sains Ungkap Senyawa Ilmiah di Balik Rasa Cinta

Rep: C27/ Red: Indira Rezkisari
Jatuh cinta
Foto: pexels
Jatuh cinta

REPUBLIKA.CO.ID, Berbicara tentang cinta tidak akan pernah ada habisnya. Merasakan berbunga-bunga, bahagia, dan selalu ingin di dekatnya menjadi topik yang hangat.

Tapi secara ilmiah, cinta itu seperti apa? Tahapan mana saja yang disebut perjalanan cinta hingga ajal memisahkan? Dikutip dari Independent, Senin (15/2), sebagian besar manusia mengalami cinta yang berawal dari daya tarik, kemudian gairah, dan berkembang pada bentuk kasih sayang.

Ketika Anda mulai tertarik pada seseorang, maka serangkaian bahan kimia dalam otak dilepaskan. Dopamin salah satunya, bahan kimia yang menghasilkan kebahagiaan. Senyawa ini juga yang membuat orang jatuh cinta terkadang hilang nafsu makan dan gangguan tidur ketika malam hari.

Di saat Anda harus memulai mengenal dia, norepinefrin mengaktifkan respons stres. Di mana jantung Anda akan lebih berdebar, dan kulit gampang berkeringat karena faktor pertumbuhan saraf protein. Dan justru kadar serotonin menurun, karena resah menjaga agar membuat dia tetap berada di pikiran Anda.

Dalam cinta juga Anda akan merasakan gairah, dan itu adalah hal wajar ketika sudah mencapai pubertas. Masa tersebut akan membuat tubuh mulai aktif  hormon testosteron dan estrogennya.

Hormon-hormon tersebut menekan Anda untuk merasakan kasih sayang dan mulai membuat mengusik secara dalam untuk mencari pasangan. Gairah ini dapat disumbang oleh pelbagi faktor, seperti kepribadian dan penampilan.

Penelitian telah mengungkapkan, manusia cenderung tertarik pada orang-orang yang mengingatkan kepada orang tua. Di samping itu, manusia juga cenderung lebih suka pada orang lain yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang berbeda dengan dirinya sendiri.

Saat melewati masa penjajakkan dan awal berhubungan, ikatan akan terus berjalan dan membentuk komitmen yang kuat. Komitmen ini dibuat oleh dua hormon kunci, yaitu oksitosin dan vasopressin.

Oksitosin dilepaskan ketika Anda memeluk, mencium dan berhubungan intim dengan pasangan. Hormon ini membantu untuk membangun kepercayaan dan keintiman. Sedangkan Vasopresin, hormon yang bertanggung jawab untuk mengatur retensi air dalam tubuh , juga dilepaskan selama berhubungan intim dan mendorong agar tetap monogami. Endorfin juga memainkan peran kunci dalam tahapan komitmen ini, sebab dengan endorfin Anda dapat menekan rasa sakit dan menciptakan rasa aman ketika bersama pasangan.

(baca: Menurut Sapardi, Jatuh Cinta Saat Terburuk Menulis Puisi)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement