Rabu 20 Jan 2016 08:05 WIB

Mengobati Cacingan dengan Buah Pare

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Indira Rezkisari
Buah pare
Foto: pixabay
Buah pare

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Cacingan masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Pasalnya penyakit ini masih banyak menyerang masyarakat, khususnya anak-anak.  

Data Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi cacingan di Indonesia mencapai 28,12 persen. Kasus cacingan tidak hanya terjadi di desa-desa. Tetapi menyebar secara meluas di wilayah Indonesia terutama di kawasan padat penduduk.

“Penanggulangan penyakit ini sudah dilakukan sejak tahun 1995 dengan pemberian obat cacing (antihelmintik) sintetik seperti Albendazole. Hanya saja menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, dan sakit perut,” kata Muhammad Dimas Reza Rahmana, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Rabu (20/1).

Melihat kondisi tersebut, Dimas bersama ketiga rekannya yaitu Habil Alam Rahman dan Deby Aulia Rahmi yang juga berasal dari Fakultas Kedokteran dan Lina Permatasari dari Fakultas Farmasi berupaya mencari solusi. Mereka melakukan penelitian terhadap buah pare (Mommordica charantia L). Sampai akhirnya diketahui buah ini memiliki potensi untuk mengobati cacingan.

(baca: Peneliti: Banyak Anak Bikin Awet Muda!)

Penelitian ini dilakukan di bawah bimbingan dosen parasitologi FK UGM, drh. Sitti Rahmah Umniyati. Dimas menjelaskan biji dan daun pare telah terbukti mengandung daya antihelmintik. Demikian pula dengan buah pare yang juga mempunyai potensi daya antihelmintik. Namun begitu, penelitian akan hal tersebut masih sangat terbatas.

“Buah pare mengandung senyawa saponin yang mempunyai efek antihelmintik,” jelas Dimas.

Sebelum mengujikan pada cacing gelang yang terdapat di tubuh ayam (Ascaridia galli), mereka terlebih dahulu membuat ekstrak pare. Selanjutnya ekstrak pare dilarutkan ke dalam air, lalu digunakan untuk menginfus cacing gelang.

“Cacing dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diisi dengan ekstrak pare,” tuturnya. Dari hasil percobaan tersebut diketahui bahwa cacing gelang mengalami kehancuran dinding sel setelah 11 jam percobaan. Hasil optimal diperoleh pada pemberian dosis ekstrak pare sebanyak 23 gram pare yang dilarutkan dalam 100 ml air.

“Setelah dibandingkan dengan cacing yang direndam dalam Albendazole, hasilnya tidak berbeda. Sehingga pare memang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat cacing,” tegas pria asal Lombok ini.

Dari penelitian yang dilakukannya, Dimas berharap dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat terkait efek antihelmintik buah pare. Namun masih diperlukan kajian lebih lanjut buah pare sebagai alternatif pengobatan cacingan.

“Penelitian ini masih dalam tahap awal dan masih diperlukan berbagai uji lanjutan. Seperti uji pada hewan dan uji klinis pada manusia untuk mengetahui efek antihelmintik buah pare ini,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement