Selasa 15 Sep 2015 11:24 WIB

Gizi Ibu dan Anak Masih Jadi Masalah Utama di Asia

Menkes mengimbau para ibu agar memberikan dorongan gizi dan nutrisi sampai anak berumur seribu hari kehidupan.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menkes mengimbau para ibu agar memberikan dorongan gizi dan nutrisi sampai anak berumur seribu hari kehidupan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menjadi tuan rumah '3rd Asia Pacific Maternal & Child Health Nutrition Research Forum' yang berlangsung pada Sabtu (12/9) lalu. Forum ini menghadirkan para pembicara dari negara-negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Malasia, New Zealand dan Thailand mengenai pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan.

Forum ini terselenggara atas kerjasama pemerintah Indonesia melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama dengan Southeast Asian Minister of Education Organization – Regional Centre for Food & Nutrition (SEAMEO-RECFON).

Dalam paparanya, Dr Drupadi HS Dilson selaku Direktur SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition Indonesia menyatakan bahwa gizi ibu dan anak masih menjadi masalah kesehatan utama di Asia, terutama Asia Tenggara. Kondisi itu sangat mengkhawatirkan karena kekurangan gizi dan defisiensi mikronutrien dapat memengaruhi ibu hamil dan balita, yang dapat menyebabkan perawatan dengan biaya tinggi.

"Di sebagian besar negara, penyebab mendasarnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam pola pemberian makan. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan intervensi dini, pemberdayaan perempuan, dan perubahan perilaku yang komprehensif," kata dia.

Sementara, Profesor Susan L Prescott dari School of Pediatrics and Child Health, University of Western Australia, membahas tentang pentingnya gizi pada awal kehidupan untuk membentuk masa depan terutama di kawasan Asia Pasifik.

"Gizi pada awal kehidupan adalah penentu signifikan dari perkembangan dan masa depan kesehatan semua sistem tubuh, termasuk sistem kekebalan tubuh. Oligosakarida (serat larut), antioksidan, asam lemak tak jenuh ganda, folat dan vitamin lainnya, telah terbukti memiliki efek pada fungsi kekebalan serta metabolisme tubuh,” kata Prof Susan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement