Senin 14 Sep 2015 10:30 WIB

Duh, Capaian ASI Eksklusif Hanya 42 Persen

Rep: Dyah Ratna Meta/ Red: Indira Rezkisari
Seorang pengunjung mal usai menyusui bayinya di ruang menyusui khusus atau mother room di Senayan City, Jakarta, Rabu (16/2). Ruangan khusus menyusui dan mengganti popok ini merupakan salah satu layanan pihak pusat perbelanjaan untuk memudahkan ibu.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Seorang pengunjung mal usai menyusui bayinya di ruang menyusui khusus atau mother room di Senayan City, Jakarta, Rabu (16/2). Ruangan khusus menyusui dan mengganti popok ini merupakan salah satu layanan pihak pusat perbelanjaan untuk memudahkan ibu.

REPUBLIKA.CO.ID, Direktur Bina Kesehatan Anak dr Jane Soepardi mengatakan, ASI mengandung gizi yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi. WHO merekomendasikan bayi mendapat ASI ekslusif selama enam bulan.

"Namun tidak semua perempuan mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi. Sebab mereka bekerja," kata Jane, Senin, (14/9).

Capaian ASI ekslusif di Indonesia pun masih jauh dari harapan, yaitu 80 persen. Capaian ASI ekslusif saat ini hanya 42 persen.

Ibu bekerja selama delapan jam berdampak pada tak dimilikinya waktu yang cukup untuk menyusui anaknya. Hal ini diperparah dengan minimnya kesempatan ibu untuk memerah ASI di tempat kerja, tidak tersedianya ruang ASI, serta kurangnya pengetahuan ibu mengenai manajemen laktasi.

Berdasarkan survei BPS 2013, terang Jane, jumlah angkatan kerja wanita terus meningkat setiap tahunnya. Saat ini dari 114 juta jiwa angkatan kerja  (94 persen), sebanyak 38 persen adalah pekerja perempuan yakni 43,3 juta jiwa. Secara fisiologis kelompok pekerja perempuan mengalami siklus haid, hamil, dan menyusui yang memerlukan fasilitas agar pekerjaan tak terganggu dan kondisi fisik lainnya tak mengurangi kinerja.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement