Selasa 11 Nov 2014 09:17 WIB

Potensi Kebal Obat Anti Tuberkulosis Meningkat

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Tuberkulosis
Tuberkulosis

REPUBLIKA.CO.ID, Pada tahun 2010 World Health Organization (WHO) memperkirakan 8,8 juta kasus tuberkulosis baru bertambah. Kurang lebih sudah sepertiga penduduk dunia atau sebanyak 2,2 miliar orang terinfeksi tuberkulosis.

Pada wanita angka kematian karena tuberkulosis menempati urutan di atas kematian karena hamil, bersalin, dan sebanyak 75 persen yang terjangkit ada pada usia produktif. “Tingginya morbiditas dan mortalitas akibat tuberkulosis membuat WHO menetapkan TB sebagai salah satu situasi gawat darurat global bagi seluruh warga dunia,” ujar Direktur Utama PT Phapros Tbk, Iswanto Seminar Sehari Penatalaksanaan TB Terkini yang diselenggarakan PT Phapros Tbk di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta, akhir pekan lalu.

Beberapa tahun terakhir potensi penyakit mematikan yang sudah akrab kita dengar ini meningkat menjadi TB kebal obat (Multi Drug Resistance Tuberculosis), peningkatan status kasus TB tersebut terjadi bersama dengan bertambahnya jumlah penduduk baru yang terserang Kuman Mycrobacterium Tuberkulosis.

Sedangkan di Indonesia permasalahan mengenai Tuberculosis (TB) seakan tidak pernah ada habisnya. Indonesia bahkan menempati peringkat kelima Negara dengan prevalensi TB tertinggi di dunia. Seperti yang terjadi di Riau, menurut data yang dirilis sampai triwulan ketiga tahun 2014 sejumlah 2.478 warga Riau dari berbagai kabupaten/kota memiliki potensi terserang MDR-TB atau Tuberkulosis yang sudah kebal terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Sedangkan di Jawa Barat dari data terakhir yang dirilis pada tahun 2010 penderita Tuberculosis tersebar di sedikitnya 26 kabupaten/kota

Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) Washington, mengeluarkan laporan bahwa prevalensi kasus tubercolosis (TBC) di Indonesia lebih tinggi dibandingkan rata-rata kasus serupa di dunia. Tingkat pemahaman penduduk dan kondisi alam Indonesia yang menyebabkan distribusi obat menjadi tidak mudah. Padahal sebenarnya apabila masih dalam tahap awal penyakit ini dapat lebih mudah disembuhkan dengan konsumsi obat rutin minimal enam bulan. Tuberkulosis dapat lebih kronis dan menjadi kebal obat atau disebut MDR-TB (Multi Drug Resistance Tuberculosis).

Dalam data IHME tersebut Indonesia menempati peringkat kelima negara dengan prevalensi TB tertinggi di dunia. Tingginya morbiditas dan mortalitas akibat Tuberculosis membuat WHO menetapkan TB sebagai salah satu situasi gawat darurat global bagi seluruh warga dunia.

Konsulen Tuberkulosis, DR dr Erlina Burhan MSc SpP (K) dari Departemen Pulmonologi dan Pernapasan, FKUI, mengatakan kasus TB kebal obat ini berkembang karena pengobatan TB biasa tidak berjalan dengan baik. Pada dasarnya penyakit TB yang disebabkan oleh kuman itu dapat sembuh selama enam bulan asalkan jangan putus minum obat. Jika putus minum obat, maka kuman akan menjadi resisten dan kebal terhadap obat TB.  “TB biasa harus disembuhkan supaya tidak menjadi TB MDR. Kasus TB MDR, Indonesia menempati urutan ke sembilan di dunia,” ujarnya.

Cegah pasien jangan sampai MDR, lanjutnya, karena jika sudah MDR maka pasien akan merasakan efek samping dari obat TB MDR yang keras, misalnya mual, muntah, nyeri sendi, susah tidur atau gelisah juga mengalami kelainan jiwa berupa halusinasi. Selain itu, pasien TB MDR juga harus suntik setiap hati, datang ke dokter setiap hari dan biasanya pasien tidak akan kuat berlama-lama di rumah sakit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement