Rabu 09 Jul 2014 20:00 WIB

Konsumsi Brokoli Dapat Kurangi Gejala Asma

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Ilmuwan dari University of Melbourne, Australia, menemukan bahwa konsumsi brokoli secara rutin dapat membantu pengidap asma bernafas dengan lebih lega. Menurut para Ilmuwan ini, brokoli memiliki kandungan yang dapat mengaktifkan gen anti inflamasi yang akan memperluas saluran pernafasan.

Dr Tom Karagiannis mengatakan bahwa brokoli adalah sayuran yang paling menipulatif ketimbang sayur sayuran seperti kubis dan bok choy. "Brokoli memiliki unsur aktif yang bernama L-Sulphoraphane yang dapat mempengaruhi sel pada gen anti inflamasi dan gen anti oksigen," jelasnya, baru-baru ini.

"Kami menemukan melalui proses ekstraksi kandungan brokoli dan beberapa perhitungan bahwa dua gelas brokoli seharinya akan membantu memperlancar saluran pernafasan."

Dr Karagiannis menyarankan supaya brokoli dikukus secara perlahan supaya efek yang didapatkan lebih efektif.

Ia menjelaskan, brokoli mentah cenderung sulit untuk dikonsumsi. Dengan mengkukus brokoli, kandungan yang terdapat didalamnya tidak akan hilang.

"Bagian yang paling bermanfaat dari brokoli adalah tunasnya yang mengandung konsentrasi tertinggi. Konsumsi dalam jangka panjang juga sangatlah penting untuk mendapatkan efek yang maksimal," paparnya.

Dr Katagiannis menyebutkan bahwa dosis yang diperlukan tidaklah berbeda antara dewasa dan anak-anak.

"Yang terpenting disini adalah untuk mencapai kadar konsentrasi plasma di gen anti-inflamasi setinggi mungkin."

"Setelah proses pencernaan, tingkat konsentrasi plasma ini akan menjadi tinggi, namun metabolisme tubuh akan menimbulkan berkurangnya kandungan. Target yang perlu dicapai adalah untuk mempertahankan level konsentrasi setinggi mungkin," tambah Dr Karagiannis.

"Konsumsi brokoli dua kali dalam sehari akan lebih baik dari satu kali."

Dr Karagiannis berkata bahwa penemuan ini didasarkan dari studi yang sudah berjalan selama beberapa tahun belakangan.

"Sudah banyak thesis yang dikeluarkan sehubungan dengan topik ini, kami sudah menjalankan studi ini selama lima tahun dan institusi lain seperti University of California, Los Angeles dan Johns Hopkins University juga melakukannya."

"L-Sulforaphan juga sudah menarik perhatian di riset sehubungan dengan penyakit lainnya seperti kanker."

"Setelah menemukan keampuhannya dalam mempengaruhi gen anti-inflamasi, kami memutuskan untuk mempelajarinya dalam konteks penyakit asma."

Dr Karagiannis menambahkan bahwa pasien pengidap asma tetap harus mendengarkan dan mengikuti nasehat dokter.

"Pakar medis tentunya akan menyarankan untuk tetap dikonsumsinya resep dari dokter, dan saya juga menyarankan hal yang sama," tambahnya.

"Di Amerika dan bahkan Australia, kombinasi antara obat resep dokter dan obat komplementer lainnya akan berperan penting."

"Ked epannya, harapan kami adalah supaya kami dapat mengkalkulasi secara pasti dosis konsumsi yang diperlukan untuk mencegah datangnya penyakit asma."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement