Rabu 12 Feb 2014 15:14 WIB

Ketebalan Korteks Otak Kiri Pengaruhi Kecerdasan

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Julkifli Marbun
Otak cerdas (ilustrasi)
Otak cerdas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para ilmuwan telah menemukan sebuah gen yang menghubungkan kecerdasan dengan faktor ketebalan dari bagian otak yang disebut ‘materi abu-abu’. Penemuan ini dikatakan dapat membantu para peneliti memahami penyebab sebagian orang mengalami kesulitan dalam belajar.

Sebuah tim ilmuwan internasional menganalisis sampel DNA dan melakukan scan terhadap lebih dari 1.500 otak remaja berumur 14 tahun yang sehat.

Tim ini juga memberi mereka serangkaian tes untuk membuktikan kecerdasan verbal dan nonverbal mereka.

Para peneliti melihat korteks serebral (lapisan terluar dari otak yang juga dikenal sebagai materi abu-abu—red) memainkan peranan penting dalam memori, perhatian, kesadaran persepsi, pikiran, bahasa, dan kesadaran.

Tim ilmuwan kemudian menganalisis lebih dari 54 ribu varian genetik yang mungkin terlibat dalam perkembangan otak.

Mereka menemukan, rata-rata remaja dengan varian gen tertentu yang memiliki korteks serebral lebih tipis pada bagian kiri otaknya, ternyata tidak begitu baik saat menjalani tes kemampuan intelektual.

“Variasi genetik yang kami identifikasi terkait dengan plastisitas sinaptik yang memengaruhi cara neuron-neuron (sel-sel syaraf) berkomunikasi,” kata pemimpin penelitian di King College London Institute of Psychiatry, Sylvane Desrivieres, seperti dikutip dari World Bulletin, Rabu (12/2).

Penting untuk diketahui, kata Desrivieres lagi, kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor genetik dan lingkungan.

Karenanya, variasi genetik yang diidentifikasi oleh timnya ini baru menjelaskan sebagian kecil dari perbedaan dalam kemampuan intelektual.

Temuan yang dipublikasikan pada Selasa (11/2) dalam jurnal Molecular Psychiatry ini bisa membantu para ilmuwan mendapatkan wawasan yang lebih mendalam mengenai mekanisme biologis yang mendasari beberapa gangguan kejiwaan. Antara lain seperti skizofrenia dan autisme.

“Karena, orang-orang dengan kondisi ini sering memiliki gangguan kemampuan kognitif.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement