Selasa 05 Nov 2013 22:34 WIB

Asal Muasal Penyakit Sifilis Alias Raja Singa Masih Misteri

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Heri Ruslan
Stop seks bebas.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Stop seks bebas.

REPUBLIKA.CO.ID,  Sifilis atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan Raja Singa telah menginfeksi manusia selama berabad-abad.

Banyak peneliti yang mencoba mencari tahu dari mana penyakit kelamin ini muncul pertama kali sebelum akhirnya menyebar ke seluruh dunia dan eksis hingga hari ini.

 

Meski banyak peneliti mempelajari sifilis dari sudut pandang sejarah, politik, paleopatologi dan kimia melekuler, namun asal sifilis masih menjadi sebuah misteri.

 

Hipotesis utama mengenai asal mula sifilis muncul pada periode ketika Christopher Columbus melakukan perjalanan ke Dunia Baru. Menurut, teori 'Columbian', kru Columbus membawa penyakit tersebut dari Amerika ke Eropa ketika mereka kembali pulang pada 1492. Tidak lama kemudian, epidemi sifilis yang pertama kali tercatat terjadi. Saat itu Perancis tengah menginvasi Kota Naples di Italia pada 1495.

 

Namun, kritik terhadap teori tersebut justru mengklaim sifilis kemungkinan telah ada di Eropa sebelum Columbus kembali. Penyakit ini juga kemungkinan belum bisa dibedakan dari penyakit lain, seperti lepra hingga 1495.

 

Penyakit menular seksual yang bisa merusak jantung, otak, mata dan tulang ini bahkan bisa menyebabkan kematian jika tidak diobati dengan benar. Pertama kali muncul dalam catatan sejarah seorang pria bernama Joseph Grünpeck pada 1496.

 

Namun, istilah sifilis pertama kali digunakan oleh seorang dokter dan penyair Italia, Girolamo Fracastoro. Dia pertama menggunakan istilah itu pada 1530 di sebuah puisi Latin.

 

Peneliti Ismael Maatouk dan Roy Moutran dalam Journal of Sexual Medicine yang diterbitkan pada 25 Oktober mengatakan Fracastoro menulis "penyakit vulgar ini lahir di barat laut Atlantik, menjangkiti mereka yang tidak bahagia".

 

Sebelum disebut sifilis, penyakit ini memiliki banyak nama lain. Bahkan, sejumlah negara menyebut penyakit ini penyakit musuh mereka. Orang Italia menyebut sifilis dengan penyakit Perancis, Jepang menyebutnya dengan penyakit Portugis, Turki menyebutnya penyakit erancis dan Persia menyebutnya penyakit Turki.

 

"Penyebutan ini merefleksikan masyarakat yang ingin melepaskan tanggung jawab mereka dari penyebaran penyakit yang cepat dan tidak diketahui asalnya tersebut," ujar kedua peneliti dalam tulisannya, seperti dikutip dari Live Science, Sabtu (2/11).

 

Kembali ke puisi Fracastoro, asal kata sifilis merupakan nama dari seorang penggembala Yunani, Syphilus yang memimpin pemberontakan terhadap dewa matahari dan kemudian menderita penyakit.

 

Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan subspesies bakteri Treponema pallidum yang berbentuk spiral. Sebuah teori mengatakan T pallidum telah ada sejak manusia ada, tapi memiliki banyak gejala yang membuat dokter tidak menyadari itu adalah penyakit yang sama. Bakteri ini terdeteksi pada 1905.

 

Sifilis mempunyai empat tahap. Masing-masing memiliki gejala yang berbeda, mulai dari luka, ruam kulit, kebutaan, kelumpuhan hingga demensia. Pada penderita yang tidak diobati, gejala sifilis tingkat lanjut bisa muncul 30 tahun kemudian setelah gejala awal hilang.

 

Sifilis dan penyakit yang berkaitan dengannya meninggalkan tanda tertentu pada tulang sehingga peneliti dapat mempelajarinya dari orang yang meninggal. Saat ini sifilis pada tahap awal bisa dengan mudah diobati dengan antibiotik. Namun, penyakit kelamin ini tetap menjadi masalah global yang menginfeksi sekitar 12 juta orang setiap tahun. Sebagian besar akibat dari hubungan seksual tidak aman.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement