Selasa 03 Oct 2017 13:22 WIB

Lalai Sarapan Pagi Pengaruhi Kesehatan Jantung

Rep: Novita Intan/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kebiasaan menanggalkan sarapan justru akan merugikan tubuh. Sejumlah penyakit meningkat risikonya jika terbiasa tidak makan pagi.
Foto: pixabay
Kebiasaan menanggalkan sarapan justru akan merugikan tubuh. Sejumlah penyakit meningkat risikonya jika terbiasa tidak makan pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sarapan pagi merupakan rutinitas penting yang bisa berdampak pada kesehatan tubuh. Menurut sebuah studi terbaru, lalai sarapan pagi bahkan dapat memicu peningkatan aterosklerosis atau penyempitan dan penebalan arteri karena penumpukan plak.

Plak pemicu aterosklerosis terdiri dari kolesterol, zat lemak, kalsium, dan fibrin (zat dalam darah). Ia dapat menyebabkan penyumbatan sehingga menyebabkan peredaran darah dan oksigen dari arteri ke organ tubuh terhambat. Atersklerosis kerap digolongkan sebagai gangguan jantung. Meski begitu ia juga dapat terjadi pada arteri di bagian tubuh lain seperti otak dan ginjal.

“Semakin besar persentase energi dikonsumsi pada awal hari dapat berdampak baik pada kesehatan kardiovaskular (seperti jantung dan pembuluh darah),” ungkap kepala studi Dr. Valentín Fuster direktur Mount Sinai Heart New York City sekaligus dan Redaktur Pelaksana di Journal of the American College of Cardiology, dikutip Channelnewsasia, Selasa (3/10).

Para peneliti the Journal of the American College of Cardiology sebelumnya telah mengaitkan lalai sarapan dengan peningkatan risiko masalah-masalah yang dapat mengarah ke penyakit jantung seperti obesitas, diabetes, dan kolesterol tinggi.

Untuk studi terbaru ini para peneliti mengumpulkan data melalui kuisoner diet terhadap 4,052 orang dewasa yang tidak memiliki sejarah gangguan jantung.  Secara keseluruhan, hanya tiga persen dari partisipan yang lalai sarapan, sementara 69 persen lain pada umumnya mengkonsumsi sarapan ringan pada pagi hari (menyumbang 5 persen hingga 20 persen kalori sehari), dan 28 persen lain sarapan penuh (menyumbang lebih dari 20 persen dari kalori yang diserap per hari).

Mereka yang melewatkan sarapan lebih banyak pria, perokok, dan pelaku diet yang mengkonsumsi sebagian besar kalori harian mereka jelang makan siang. Ketika makan, para pelewat sarapan hanya menghabiskan tidak lebih dari lima menit untuk menyantap makanan pagi dan lebih sering mengkonsumsi kopi atau jus jeruk.

Dibandingkan dengan mereka yang sarapan penuh, mereka yang sarapan sedikit didapati memiliki persentase hingga 21 persen dapat mengalami kerusakan di arteri utama di leher dan 17 persen lebih mungkin mengalami kerusakan pada pembuluh darah utama di wilayah perut.

Selain berisiko tinggi mengalami atherosclerosis, mereka yang melewatkan sarapan juga berisko memiliki tekanan darah, dan kadar gula darah yang lebih tinggi.  Partisipan yang melewatkan sarapan didapati lebih cenderung memiliki gaya hidup tidak sehat seperti mengkonsumsi alkohol dan merokok. Mereka ini juga cenderung mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

Sebagai catatan, studi ini menurut para peneliti tidak didesain untuk membuktikan bahwa melewatkan sarapan secara langsung menyebabkan gangguan jantung atau penebalan arteri. Catatan lain dari studi ini adalah beberapa orang mungkin melewatkan sarapan karena obesitas dan berusaha mengurangi bobot tubuh atau untuk mengurangi risiko lain terkait gangguan jantung, salah satunya atherosclerosis.

“Banyak orang dengan kelebihan berat badan melewatkan sarapan atau panganan lain dengan harapan bisa mengurangi kegemukan perlu mengetahui bahwa beberapa studi telah berulang kali menunjukan bahwa berlawanan dengan keyakinan banyak orang, kebiasaan itu bisa dikatikan dengan penambahan berat badan dan mungkin memicu metabolisme yang abnormal termasuk peningkatan risiko sindrom metabolisme dan diabetes,” ungkap Dr. Prakash Deedwania, peneliti di  University of California, San Francisco.

“Studi-studi ini telah membuktikan pepatah lama kalau sarapan adalah kegiatan makan paling penting setiap harinya,” tambah dia.

Sementara itu, peneliti nutrisi di Columbia University Medical Center di New York City Marie-Pierre St-Onge mengatakan mereka yang rutin sarapan pagi cenderung lebih menjalani gaya hidup sehat, sering berolah raga, makan lebih baik, dan lebih sedikit merokok dibandingkan mereka yang melewatkan sarapan pagi.  “Saya pikir, untuk semua orang, mengkonsumsi sarapan sehat adalah salah satu langkah sehat,” ujar St-Onge yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Ia mengatakan porsi sarapan pun tidak harus berlebihan.  Yang penting, kata dia, jangan sampai terlalu lama menunggu untuk makan. Itu malah bisa mendorong mengkonsumsi panganan tidak sehat atau apapun yang mereka bisa konsumsi sambil menunggu makan siang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement