Selasa 03 Oct 2017 09:32 WIB

Tato Bisa Sebabkan Gejala Mirip Kanker

Rep: Novita Intan/ Red: Yudha Manggala P Putra
Tato. Ilustrasi
Foto: Reuters
Tato. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tato permanen tak hanya meninggalkan 'lukisan' pada kulit selamanya. Menurut temuan terbaru dari dokter hematologi Rumah Sakit Royal Prince Alfred di Sydney, tato ternyata bisa menimbulkan masalah kulit serius, yang gejalanya mirip kanker.

Temuan itu didapat setelah seorang pasien wanita berusia 30 tahun yang berobat ke sebuah klinik di Rumah Sakit Royal Prince Alfred karena benjolan di ketiaknya. Benjolan itu awalnya didiagnosa sebagai salah satu gejala limfoma, kanker yang muncul dalam sistem limfatik yang menghubungkan kelenjar limfe atau kelenjar getah bening di seluruh tubuh.

Namun saat pemeriksaan, selain benjolan berdiameter 1,5 sentimeter (0,6 inci), dokter tidak menemukan gejala limfoma lain. Ia tidak demam, tidak mengalami penurunan berat badan, tidak berkeringat berlebihan, dan tidak ada gejala gatal atau paru.

Yang mengejutkan, ketika salah satu kelenjar getah bening dipotong dan diperiksa, dokter menemukan makrofag, sel kekebalan yang menyerang benda asing. Benjolan itu ternyata mengandung pigmen hitam yang berasal dari tinta tato yang dimiliki pasien selama 15 tahun.

"Kami melaporkan kasus hipersensitivitas pigmen tato yang menyebabkan limfadenopati meluas 15 tahun setelah tinta tato pertama kali ditorehkan," kata para dokter dalam journal yang dimuat di Annals of Internal Medicine, dikutip ScienceAlert, Selasa (3/10).

Sejumlah kanker, termasuk limfoma yang dipicu sel imun, dapat menyebabkan kelenjar getah bening membengkak. Kelenjar itu juga bisa membesar akibat infeksi dan peradangan.

Dalam kasus pasien wanita ini, pembengkakan terjadi karena reaksi terhadap tato tinta yang sudah menahun. Bukan karena sel kanker. "Kulit memiliki sel kekebalan (imun) sendiri yang selalu mengawasi kulit," ungkap Dr. Bill Stebbins, direktur Cosmetic Dermatology di Vanderbilt University Medical Center seperti dikutip dari CNN.com, Selasa (10/3).

Bill, yang tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan penyebab benjolan pada wanita itu kemungkinan karena sel imun menganggap pigmen tato sebagai benda asing dan berusaha memakannya selama beberapa tahun. "Pigmen itu terlalu besar untuk sel imun kulit untuk dihilangkan," kata dia. "Itu kenapa benjolan itu masih ada setelah beberapa tahun lamanya."

Kasus melibatkan reaksi akibat tato biasanya lebih banyak berupa alergi terhadap senyawa dalam tinta. Penyebab lain bisa kulit yang hipersensitif, bisa disebabkan kebersihan alat tato yang buruk dan dapat menyebabkan infeksi.

Kasus gejala mirip limfoma akibat tato ini merupakan yang pertama. "Kasus yang kami jelaskan unik karena tidak ada reaksi kulit, hanya perubahan granulomatosa di dalam kelenjar getah bening," kata para dokter menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement