Jumat 13 May 2016 08:03 WIB

Awas, Makanan Cepat Saji Berdampak Seburuk Ini Pada Ginjal

Rep: C34/ Red: Indira Rezkisari
Makanan cepat saji
Foto: pixabay
Makanan cepat saji

REPUBLIKA.CO.ID, Jika Anda termasuk orang yang sangat doyan mengonsumsi makanan dan camilan cepat saji, coba membatasinya mulai sekarang. Sebab, studi terkini mengungkap ada bahaya konsumsi berlebih junk food untuk ginjal.

Studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal Experimental Physiology pekan ini. Terungkap bahwa diet tinggi lemak seperti makanan cepat saji dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal yang setara dengan kerusakan akibat diabetes tipe 2.

Seperti diketahui, pasien dengan diabetes tipe 2 tidak memproduksi insulin yang cukup. Akibatnya, reaksi tubuh akan menyebabkan penumpukan gula (glukosa) dalam darah.

Jika hal ini terjadi terus-menerus, terjadilah efek serius dan jangka panjang pada organ. Dampak buruk itu juga mengimbas ginjal, sehingga pasien akhirnya mengidap penyakit ginjal diabetik.

Hal serupa juga terjadi apabila seseorang kerap mengonsumsi makanan cepat saji. Dalam hal ini, para peneliti menggunakan tikus percobaan dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 serta tikus yang obesitas dan mengalami resistensi insulin.

Para peneliti memberi makan tikus dengan makanan cepat saji seperti keju, cokelat, biskuit, dan marshmallow dalam jangka waktu delapan minggu, juga diet tinggi lemak (60 persen) selama lima minggu. Semua itu dilakukan untuk melihat bagaimana kelebihan gula atau lemak memengaruhi transporter glukosa dalam ginjal.

Hasilnya, tikus yang terus-menerus diberi makanan cepat saji mengalami peningkatan transporter glukosa seperti tikus pengidap diabetes tipe 2. Dengan kata lain, paparan terus-menerus makanan cepat saji atau diet tinggi lemak menyebabkan efek buruk pada ginjal yang sangat mirip dengan yang ditemukan pada diabetes tipe 2.

"Pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana diet dapat mempengaruhi transportasi glukosa dalam ginjal bisa mempromosikan pengembangan terapi baru untuk pengobatan diabetes dan penyakit ginjal yang terkait," ujar penulis utama studi, dr Havovi Chichger, dilansir The Malay Mail Online.

(baca: Yuk, Pahami Istilah Kedaluwarsa Makanan)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement