Kamis 11 Feb 2016 15:41 WIB

Jumlah Penderita Sakit Jiwa Lebih Besar dari Tercatat

Gangguan jiwa/ilustrasi
Foto: flickr
Gangguan jiwa/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Beban global akibat penyakit yang terkait dengan penyakit kejiwaan selama ini dianggap lebih kecil dari yang sesungguhnya, yang sebenarnya sepertiga lebih besar dari angka yang ada.

Demikian menurut para peneliti di Harvard University dan University College London, yang mengatakan penyakit kejiwaan meliputi 32 persen dari semua jenis kecacatan di seluruh dunia. Sebelumnya, jumlah penderita sakit jiwa dianggap sekitar 21 persen dari seluruh jenis kecacatan secara global.

Mereka mengatakan masalah-masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit jantung, sindrom nyeri, masalah syaraf dan HIV, sering menderita gangguan kejiwaan yang tidak dikenali oleh para praktisi kesehatan. Depresi klinis sering menyertai penyakit-penyakit kronis tetapi jarang dilaporkan dan diobati, menurut para penulis laporan itu.

Daniel Vigo, seorang psikiater dan peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat di Harvard, Boston, mengatakan gangguan kejiwaan membahayakan nyawa.

Vigo mengatakan, "orang-orang yang menderita gangguan jiwa meninggal 30 tahun sebelum rekan-rekan sebaya mereka. Sebagai gambaran mengenai seriusnya penyakit ini, orang-orang yang sakit jiwa bahkan bisa meninggal sebelum seorang teman sebaya yang menjadi perokok berat."

Menurut Vigo, yang menjadi bagian dari masalah itu adalah adanya stigma yang menyertai gangguan jiwa. Orang yang mengalami gangguan kejiwaan lebih sering kemungkinannya menghindari dokter dan pengobatan daripada orang-orang yang sakit secara fisik.

Dia mengatakan persentase orang yang sedang dirawat karena gangguan kejiwaan, sekitar 8 persen dari populasi Amerika itu hanya merupakan angka awal.

Vigo dan rekan-rekannya menghimbau pengakuan lebih besar oleh komunitas global akan masalah itu, serta pengobatan terhadap kondisi kejiwaan yang ditawarkan pada tingkat layanan kesehatan primer di mana banyak orang yang mengalami berbagai masalah kesehatan lainnya berobat.

"Layanan kesehatan jiwa perlu berkembang dan tidak dianggap sebagai masalah yang terpisah lagi, dan ada sejumlah pengobatan berdasarkan petunjuk yang sedang diujicoba atau diterapkan pada skala yang jauh lebih besar di negara-negara maju maupun berkembang yang menunjukkan cara ini bisa dilakukan," tambah Vigo.

Perawatan yang dapat dilakukan melalui perawatan primer atau klinik pengobatan umum mencakup pengobatan dan terapi, tapi menurut Daniel Vigo pertama-tama penting bagi negara-negara di dunia untuk mengenali adanya masalah itu.

Pada bulan April, suatu konferensi kesehatan jiwa akan berlangsung di Washington dalam hubungannya dengan pertemuan tahunan Bank Dunia. Sebuah artikel oleh Daniel Vigo dan kawaan-kawan mengenai lingkup masalah kesehatan jiwa secara global diterbitkan dalam jurnal The Lancet Psychiatry.

sumber : VOA Indonesia
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement