Sabtu 05 Sep 2015 22:11 WIB

Di Luar Negeri, Makanan Cepat Saji Dihindari, Indonesia?

Makanan cepat saji
Foto: Reuters
Makanan cepat saji

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ahli Gizi dari Klinik Rumah Sakit Bros, Denpasar, Bali, dr Ni Made Dwi Asti Lestari, M.Kes, SpGK mengimbau masyarakat mengurangi konsumsi makanan cepat saji (instant).

"Mengkonsumsi makanan cepat saji secara berlebih dapat menyebabkan kegemukan (obesitas) dan penyakit yang berdampak pada kesehatan," ujar Made Dwi, Sabtu (5/9).

Menurut dia, makanan cepat saji cenderung tidak memiliki kandungan gizi yang seimbang dan tinggi lemak sehingga dapat menaikkan lemak tubuh seseorang.

Di luar negeri, kata dia, makanan cepat saji justru dinikmati kalangan masyarakat yang tidak mampu karena untuk mengonsumsi makanan alami cenderung harganya mahal. Namun, di Indonesia justru sebaliknya.

"Mungkin pemikiran orang-orang tertentu mengonsumsi makanan instant seperti di luar negeri menjadi tren, namun apabila 'mainset' itu diubah alangkah baiknya demi kesehatan atau mengurangi konsumsinya makanan tersebut," ujarnya.

Ia mengatakan, cara mengurangi makanan cepat saji dapat dikonsumsi sekali atau dua kali seminggu yang juga diimbangi dengan makanan yang lebih bergizi.

"Saya menyarankan masyarakat mengonsumsi makanan dari sumber utuh atau dalam kondisi segar dengan cara mengolahnya sendiri," ujarnya.

Selain itu, upaya untuk mencegah kegemukan dengan rutin berolahraga kurang lebih 30 menit setiap harinya.

Ia menambahkan, makanan cepat saji juga dapat mengakibatkan rusaknya sistem tubuh apabila dikonsumsi secara terus menerus atau dalam jangka waktu cukup lama sehingga perlu juga diimbangi dengan upaya itu.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement