Selasa 11 Nov 2014 09:31 WIB

Ini Dia Prinsip Dasar Mengobati Pasien TB

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Tuberkulosis
Tuberkulosis

REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia masih memiliki beban berat penyakit tuberkulosis (TB). Jumlah pasien TB Indonesia saat ini urutan keempat  di dunia. Estimasi WHO 450 ribu kasus baru per tahun dan 27 ribu kematian per tahun terjadi di Tanah Air. Bagaimana sebenarnya cara mengobati TB?

Konsulen Tuberkulosis, DR dr Erlina Burhan MSc SpP (K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan prinsip dasar pengobatan TB. Ada tiga langkah yang bisa diambil yakni kombinasi obat, pengobatan jangka lama dan pemberian dosis tunggal.

Untuk pemberian obat harus kombinasi atau lebih dari satu jenis obat anti tuberculosis (OAT). Mengapa? Karena menurut Erlina pada beberapa populasi angka resistensi awal sangat tinggi. Fall and rise phenomena. Dengan menggunakan regimen 3 OAT, seleksi mutan resistan obat. Misal pada pasien dengan bacillary load yang tinggi TB paru dengan kavitas, TB-HIV/AIDS. “Dan menggunakan regimen 4 OAT menurunkan risiko gagal dan kambuh,” ujarnya

Karakteristik OAT yang digunakan ada efek bakterisidal yaitu dapat membunuh basil dengan metabolis aktif dalam jumlah banyak. Juga efek sterilisasi, dapat membunuh basil dorman atau basil yang membelah intermiten. Selain itu, juga dapat mencegah terjadinya resistensi dalam dosis kombinasi dan toksisitas minimal.

Sementara untuk pengobatan jangka panjang sangat berhubungan dengan populasi basil (tergantung dari kondisi metabolik). Dan untuk pemberian obat dosis tunggal atau sekaligus, mencapai kadar obat dalam darah optimal, efek pasca antibiotik dan membantu supervisi.

Lalu bagaimana mengobati pasien TB dengan diabetes mellitus (DM) atau kencing manis? Menurut Erlina, pengobatan TB pada pasien diabetes pada prinsispnya sama dengan pasien TB biasa. Obatnya sama, panduannya sama. Dua bulan pertama empat macam obat, empat bulan berikutnya dua macam obat. Tapi perlu diingat, enam bulan pengobatan ini bisa berjalan dengan baik dengan syarat diabetesnya terkontrol dengan baik. “Jika tidak terkontrol, maka pengobatannya harus diperpanjang hingga sembilan bulan,” ujarnya.

Mengapa diperpanjang? Karena pasien DM ada kelainan imunologis. Dimana daya tahan tubuhnya menurun. Maka sel-sel daya tahan tubuhnya berkurang. Apalagi kalau diabetesnya tidak terkontrol.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement