Jumat 06 Jun 2014 10:53 WIB

Penggunaan Kontrasepsi Jangka Panjang Harus Digalakkan

Rep: Ari Lukihardiyanti/ Red: Muhammad Hafil
Bermacam alat kontrasepsi
Bermacam alat kontrasepsi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Kontrasepsi begitu penting untuk menekan jumlah penduduk. Selain itu, bisa meningkatkan kualitas hidup para wanita dan keluarganya. Namun, hingga saat ini penggunaan kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, implant, vasektomi dan tubektomi belum popular di masyarakat.

Menurut Anggota Dewan Kontrasepsi Asia Pasifik (Asia Pacific Council on Contraception) Prof Biran Affandi, Sp OG, kontrasepsi yang bersifat jangka panjang,  akan sangat efektif untuk menekan laju pertambahan penduduk. Jadi harus lebih digalakkan.

''Kontrasepsi ini praktis dan memiliki efektivitas cukup tinggi," ujar Biran, Jumat (6/5).

Biran menjelaskan, dibandingkan dengan pil atau suntik, alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD atau implan memang kalah populer. Menurut data BKKBN saat ini jenis kontrasepsi yang paling banyak dipilih adalah KB suntik (48,2 persen) dan pil 27,9 persen.

"Padahal, kontrasepsi jangka panjang sangat dianjurkan untuk mereka yang ingin menjarangkan kehamilan atau tidak ingin menambah jumlah anak lagi,'' katanya.  

Mengenai kontrasepsi implan, kata dia, saat ini sudah tersedia implan dalam bentuk satu batang sehingga lebih praktis. Kontrasepsi berbentuk batang berukuran kurang dari 3 cm ini akan dimasukkan ke kulit bagian dalam lengan untuk mencegah kehamilan selama tiga tahun.

Jika diimplankan secara benar, kata dia, metode kontrasepsi implan ini memiliki efektivitas sampai 99 persen dengan tingkat kegagalan hanya 1 dari 100 wanita yang menggunakannya. Implan, alat kontrasepsi yang praktis dan efektif. Karena, tidak ada lagi faktor lupa dan sangat cocok untuk wanita yang tak bisa menerima asupan hormon esterogen tambahan. 

''Alat kontrasepsi implan satu batang sama efektif dengan IUD atau spiral,'' katanya.

 Implan, kata dia, efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun. Tingkat kegagalan lebih sedikit dibanding IUD. Sementara alat KB berupa pil dan suntikan sifatnya jangka pendek dan kerap gagal, karena faktor lupa. 

Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang juga, kata Biran, lazim dipergunakan di negara lain. Mengacu data National Survey of Family Growth yang dirilis beberapa waktu lalu, para peneliti menemukan, sekitar 60 persen wanita Amerika Serikat (AS) menggunakan metode kontrasepsi yang efektif.

 Sebuah studi baru bertajuk “Effectiveness of Long-Acting Reversible Contraception” oleh Winner et al, di New England Journal of Medicine. Studi tersebut menyebutkan, sekitar 50 persen dari kehamilan yang tidak diinginkan di AS akibat pemilihan kontrasepsi yang tidak konsisten dan tidak benar.

 Para peneliti juga mencatat, kata dia, bahwa penggunaan kontrasepsi jangka panjang reversibel (Long-Acting Reversible Contraception/LARC), seperti implant atau IUD, jauh lebih umum di negara-negara maju selain AS.  

Dikatakan Biran, Pemerintah Indonesia dalam hal ini Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga melihat efektivitas kontrasepsi jangka panjang. Oleh karena itu, pada 2013 lalu, implan 1 batang dapat dinikmati oleh 10 provinsi. 

''Selain lebih efektif, implan satu batang proses pemasangannya lebih mudah,'' katanya. 

Selain meningkatkan kualitas hidup para wanita dan keluarganya, kata dia, kontrasepsi juga akan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Sehingga, akan mengurangi jumlah aborsi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement