Kamis 24 Jan 2013 08:16 WIB

Mitos Seputar Ibu Menyusui

Rep: Burhanuddin Bela/ Red: M Irwan Ariefyanto
Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI)

REPUBLIKA.CO.ID,Air susu ibu (ASI) merupakan makanan alamiah yang paling tepat untuk bayi. Selain bermanfaat bagi kesehatan ibu, seperti mengurangi risiko terkena kanker payudara dan indung telur, menyusui juga dapat mempererat hubungan batin antara ibu dan bayinya. Berat badan ibu selama kehamilan pun lebih cepat kembali ke berat semula karena lemak yang tertimbun akan digunakan untuk memproduksi ASI.

Dibandingkan dengan susu formula, manfaat ASI jauh lebih banyak. Kolostrum ASI mengandung zat penangkal penyakit. Ini membuat bayi yang mendapatkan ASI eksklusif jarang menderita diare, infeksi saluran nafas bawah, atau infeksi telinga. Dalam ASI terkandung lemak dan asam lemak yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Itulah sebabnya bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai perkembangan kognitif dan motorik lebih cepat.

Susu sapi mengandung protein sapi yang dapat menimbulkan reaksi alergi, sedangkan protein ASI hasil produksi tubuh ibu tidak akan menimbulkan alergi pada bayi. Susu formula lebih kental daripada ASI, kandungan garamnya lebih tinggi sehingga bayi akan lebih sering haus. Ini mengakibatkan bayi minum melebihi kebutuhan. Akibatnya, bayi menjadi kegemukan (obesitas). Kegemukan itu dapat berlanjut hingga dewasa yang membawa risiko berbagai penyakit, misalnya tekanan darah tinggi, kadar kolesterol meningkat, tekanan darah tinggi, atau kencing manis.

Namun, di balik banyak manfaat ASI, kerap kali dijumpai cerita yang menyeramkan sehingga banyak ibu menyusui yang merasa khawatir. Dokter Edi Setiawan Tehuteru SpA MHA IBCLC mempunyai beberapa kisah tentang ASI yang disebutnya hanya mitos.

Seperti, pipi bayi menjadi eksem kalau terkena ASI yang jelas tidak benar. Edi mengakui, beberapa bayi yang mempunyai kecederungan alergi mungkin akan sensitif terhadap apa yang dimakan ibunya. Alergi dapat muncul sebagai ruam merah, seperti eksem di pipi. Ruam di pipi bayi bukan akibat kecipratan ASI ,melainkan bentuk alergi terhadap makanan yang dikonsumsi ibunya dan masuk ke ASI. “Jika ini terjadi, ingat-ingatlah kembali makanan yang dikonsumsi ibu, kemudian hindarilah,” kata dokter spesialis anak dan konsultan laktasi tersebut.

Mitos lain yang tidak benar menyebutkan, menyusui dapat menyebabkan payudara kendor. Seperti jaringan tubuh lainnya, elastisitas payudara akan menurun seiring bertambahnya usia. Saat perempuan hamil, tubuhnya menyimpan lemak, antara lain, di daerah perut, pinggul, dan payudara. Timbunan lemak itulah yang mengakibatkan beban ligiman bertambah berat sehingga menjadi agak melar. Untuk menyiasatinya, Edi menyarankan untuk selalu memakai BH yang sesuai agar dapat menyangga payudara selama kehamilan maupun menyusui.

Ada pula mitos yang menyebutkan, bayi meninggal akibat hidung tertutup payudara ibu saat menyusui. Edi mengakui, cerita ini belum pernah dilacak dari mana asalnya. Bayi yang sehat akan memberontak kalau hidungnya tertutup. Dan, ibu tentu akan bereaksi jika bayi memberontak. Edi menduga, bayi yang diberitakan itu ada kemungkinan menderita kelainan yang tidak disadari oleh keluarganya. Sehingga, ketika bayi meninggal saat menyusui, keluarga mengambil kesimpulan yang salah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement