Rabu 06 Dec 2017 20:55 WIB

Polusi Udara Sebabkan Bayi Alami Gangguan Otak

Rep: Marniati/ Red: Winda Destiana Putri
Polusi udara
Foto: Republika/Darmawan
Polusi udara

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sekitar 17 juta bayi di seluruh dunia berisiko mengalami masalah perkembangan otak karena polusi udara. Menurut United Nations Childrens Fund (UNICEF) anak-anak berisiko ini tinggal di daerah di mana polusi udara di luar ruangan enam kali lipat dari batas yang disarankan. Hal ini menyebabkan mereka menghirup udara beracun dan berpotensi membahayakan perkembangan otak.

Mayoritas bayi ini - lebih dari 12 juta - berada di Asia Selatan. Studi dilakukan kepada anak-anak di bawah satu tahun, menggunakan citra satelit untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang terkena dampak paling parah. Kawasan Asia Timur dan Pasifik merupakan rumah bagi sekitar 4,3 juta bayi yang tinggal di daerah dengan udara beracun.

 

"Polutan tidak hanya membahayakan perkembangan paru-paru bayi tetapi juga dapat secara permanen merusak otak mereka yang sedang berkembang dan, dengan demikian juga berpengaruh terhadap masa depan mereka," kata direktur eksekutif UNICEF Anthony Lake.

 

Baca juga: Polusi Udara Tingkatkan Risiko Penyakit Ginjal Kronis

 

Ia mengatakan melindungi anak-anak dari polusi udara tidak hanya menguntungkan mereka tetapi juga bermanfaat bagi orang tua dan masyarakat dengan adanya pengurangan biaya perawatan kesehatan. Selain itu juga terjadi peningkatan prosuktivitas pada anak-anak.

 

"Tidak ada anak yang harus menghirup udara yang tercemar dan berbahaya dan tidak ada masyarakat yang mampu mengabaikan polusi udara," katanya.

 

Menurut UNICEF, setiap polusi udara di atas batas yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia berpotensi berbahaya bagi anak-anak. Bernafas dalam polusi udara yang buruk dapat merusak jaringan otak dan perkembangan kognitif. Polusi udara juga terkait erat dengan asma, pneumonia, bronkitis dan infeksi pernafasan lainnya.

 

Penulis laporan tersebut Nicholas Rees dari UNICEF mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation temuan ilmiah tentang hubungan dengan perkembangan otak masih belum pasti, namun bukti yang berkembang pesat merupakan alasan untuk memperhatikan masalah ini.

 

Ia menjelaskan, perkembangan otak dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak sangat penting untuk pembelajaran, pertumbuhan sehingga mampu melakukan banyak hal dalam hidup. "Banyak fokus terus memastikan anak-anak memiliki pendidikan yang berkualitas, tapi yang juga penting adalah pengembangan otak itu sendiri," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement