Jumat 12 Jan 2018 17:13 WIB

Menkes Pastikan Imunisasi Difteri Berjalan Terus

Rep: Fergi Nadira/ Red: Indira Rezkisari
Imunisasi Massal Difteri. Seorang balita saat disuntik imunisasi Difteri di Posyandu Mawar, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Imunisasi Massal Difteri. Seorang balita saat disuntik imunisasi Difteri di Posyandu Mawar, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Awal 2018, kasus difteri menurun. Laporan yang diterima Kementerian Kesehatan perihal kasus difteri sampai 9 Januari 2018, dari 85 kabupaten yang sebelumnya 170 kasus, sudah tidak ditemukan lagi. Artinya kasus luar biasa (KLB) difteri berakhir. Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan memastikan agar imunisasi tetap diteruskan.

Menteri kesehatan Nila Moeloek mengatakan, imunisasi kepada anak dan dewasa harus terus dilakukan untuk menjaga sistem imun tubuh dan mencegah virus-virus yang masuk ke dalam tubuh jika daya tahan tubuh sedang melemah. Tahun lalu difteri telah tercatat sebagai kasus kejadian luar biasa (KLB) dengan tingkat kematian 4,62 persen penderitanya.

"Kasus difteri ini, jika satu saja yang kena, maka bisa menular. Sebab, bakterinya bisa menyebarkan toksin sehingga menyerang otot jantung dan sistem pernapasan yang bisa sampai menimbulkan kematian. Untuk itu, harus dicegah," ujarnya di Forum Merdeka Barat 9, Jumat (12/1).

Kasus difteri menurutnya dialami oleh tiga faktor. Pertama, kepadatan penduduk sehingga memudahakan penderita difteri menularkan virusnya. Sebab, difteri mudah menular hanya dengan percikan ludah dari penderita. Kedua mobilisasi penduduk yang tinggi. Sedangkan yang terakhir adalah tidak terlaksananya imunisasi.

Oleh karena itu kementerian kesehatan mengupayakan untuk mendeteksi difteri di berbagai wilayah serta mengimbau ke seluruh daerah Indonesia melakukan imunisasi. "Selain itu, kami menganjurkan untuk memberikan antibiotika. Antibiotik itu mematikan kuman," ujarnya.

Nila menyebutkan, persediaan vaksin difteri untuk saat ini dan setahun ke depan, sudah lebih dari cukup mengingat produsen vaksin difteri (PT Bio Farma) mengkhususkan menyediakan lebih banyak vaksin di dalam negeri dan menghentikan ekspornya ke 136 negara. Oleh karenanya, ia menegaskan vaksin difteri aman digunakan. "Vaksin yang digunakan Bio farma ini, sudah dipakai di 136 negara yang sebagian besar negara Muslim," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement