Jumat 17 Nov 2017 17:57 WIB

Bayi Prematur Memiliki Kecenderungan Gangguan Mata ROP

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Winda Destiana Putri
Bayi prematur
Foto: irishprematurebaby.com
Bayi prematur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam acara peluncuran program JAK-ROP : Program Mobile Retinopati Prematuritas Jakarta di RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kirana, Jumat (17/11) Pakar Kesehatan Mata Anak, Rita Sita Sitorus mengungkapkan besarnya resiko bayi yang terlahir secara prematur mengalami gangguan mata hingga menyebabkan kebutaan.

Prematuritas dikatakan oleh Rita bisa mengakibatkan pertumbuhan pembuluh darah selaput jala (retina) tidak sempurna. Gangguan mata Retinopati Prematuritas (ROP) dapat terjadi dalam tahap ringan, dimana dapat mengalami perbaikan secara spontan, namun dalam kasus yang berat mengakibatkan lepasnya retina dan kebutaan permanen.

"Setiap satu menit satu anak mengalami kebutaan. Dan setiap tahunnya asa setengah juta anak yang mengalami kebutaan. Angka ini terus meningkat," ucap Rita di Auditorium RSCM, Jakarta, Jumat (17/11).

Rita kemudian menambahkan biaya yang dikeluarkan pada anak yang mengalami kebutaan lebih tinggi. Karena jangka hidup anak-anak hingga dewasa lebih panjang dari penderita dewasa.

Kebutaan yang disebabkan ROP dapat dicegah apabila dilakukan deteksi dini. Dalam deteksi ROP sendiri terdapat beberapa stadium mulai dari stadium 1 atau biasa hingga 5 yang paling parah.

Data milik RSCM menunjukkan dari tahun 2011 hingga 2014 dari semua pasien rujukan ke RSCM 66 persen pasien masuk pada tahap stadium lanjut. Stadium lanjut ini masuk pada angka empat hingga lima yang berarti berpotensi kebutaan.

"Data dari 2011 sampai 2014, 66 persen rujukan ke RSCM itu masuk stadium lanjut. Yang masuk tipe satu hanya 9 persen," ujar Rita.

Di akhir kalimatnya, Rita menegaskan bahwa skrining dan terapi ROP dapat memberikan kontribusi bermakna tidak hanya pada bayi itu sendiri tapi juga pertumbuhan negara.

"Mari kita lebih perhatian pada keadaan anak prematur. Lebih baik dilakukan pencegahan. Karena jika dibiarkan, anak yang buta itu akan bertambah dan bisa membludak," ujar Rita.

Program JAK-ROP : Program Mobile Retinopati Prematuritas Jakarta sendiri merupakan program jemput bola yang dilakukan oleh RSCM kepada RSUD-RSUD di Jakarta. Dalam kegiatannya petugas akan mengambil data dari tiap pasien bayi lahir prematur menggunakan alat kamera retina mobile dan dikirimkan kepada tim ahli di RSCM untuk dievaluasi.

Program tersebut secara aktif akan dilakukan tiap minggunya. Jika terdapat bayi yang diduga beresiko maka akan segera dilakukan pemeriksaan berkala dari tim RSCM hingga ROPnya hilang sama sekali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement