Selasa 31 Oct 2017 08:37 WIB

Studi: Rokok Elektrik dan Tembakau Sama Bahayanya

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Rokok elektrik
Foto: AP
Rokok elektrik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi di University of North Carolina Health Care menunjukkan rokok elektrik sama bahayanya dengan rokok putih dan rokok tembakau bagi paru-paru. Peneliti sekaligus profesor patologi dan kedokteran di UNC School of Medicine, Mehmet Kesimer mangatakan studi ini melihat sampel dahak dari 15 perokok elektrik, 14 perokok biasa, dan 15 orang yang tidak merokok.

"Perokok elektrik ternyata melepaskan neutrophil granulocyte dan neutrophil-extracellular-trap (NET) dalam jumlah besar dari tubuhnya ketika mengembuskan asap rokok tersebut," kata Kesimer, dilansir dari Science Daily, Selasa (31/10).

Neutrofil penting untuk memerangi patogen. Namun, neutrofil yang terlampau banyak dilepaskan dari tubuh menyebabkan inflamasi pada paru-paru, seperti COPD dan cystic fibrosis.

NET yang dilepaskan terlampau banyak menyebabkan kematian sel di jaringan epitel dan endotelium, yaitu jaringan yang melapisi pembuluh darah dan organ. Kasus ini ditemukan sama besarnya dalam paru-paru organ perokok biasa dengan perokok elektrik.

Laporan di Amerika menunjukkan jumlah perokok elektrik meningkat hingga 900 persen di kalangan siswa menengah sepanjang 2011-2015. Food and Drug Administration (FDA) akhirnya memperketat aturan penjualan rokok elektrik pada pria atau wanita di bawah umur sejak 2016.

Profesor Pediatri, Mikrobiologi, dan Imunologi di UNC, Ilona Jaspers memelajari efek rokok elektrik terhadap gen. Saat seseorang merokok, lusinan gen penting yang berfungsi untuk pertahanan kekebalan tubuh diubah di sel epitel yang melapisi mukosa hidung. Perubahan di sini menyebabkan risiko infeksi bakteri, virus, dan pembengkakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement