Rabu 04 Oct 2017 15:20 WIB

Derita Intan Nuraini Hidup Sehat Setelah Melahirkan

Rep: Novita Intan/ Red: Indira Rezkisari
Intan Nuraini
Foto: Instagram Intan Nuraini
Intan Nuraini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak cara yang dilakukan untuk menuju hidup sehat, salah satunya adalah dengan diet ketogenik alias diet keto. Diet yang mengusung konsumsi lemak daripada gula ini di antaranya dilakukan oleh artis, Intan Nuraini.

Kenaikan berat badan setelah memiliki anak, membuat Intan melakukan perubahan gaya hidup. Melalui diet keto dapat memperbanyak makanan sumber lemak sehat dan mengurangi makanan mengandung gula atau karbonhidrat.

"Problem ketika aku hamil pasti gemuk, naik sampai 15 kilo saat anak pertama bahkan anak kedua naik sampai 20 kilo. Tapi setelah melakukan program diet keto bisa turunhingga 8 sampai 11 kilo," ujarnya di Jakarta, Selasa (3/10).

Intan melakukan diet keto berdasarkan anjuran seorang dokter ahli gizi. Sebab, Intan merasa trauma melakukan diet sembarangan, dan justru berujung gagal diet.

Apalagi Intan juga memiliki riwayat keluarga dari gen gemuk. Sehingga hal itu bisa memicu dirinya untuk mempunyai bakat gemuk.

"Jadi memang sebelum punya anak paling takut diet asal-asalan, takut efek di masa depan. Aku juga pernah alami gagal diet, bukan turun berat badan jusry naik karena asupan makanan tidak seimbang," ungkapnya.

Untuk itu, ia menyarankan agar siapapun bisa menemukan klinik penurunan berat badan yang tepat. Salah satunya, Lighthouse Indonesia, klinik yang dikhususkan untuk penderita kelebihan lemak dan nafsu makan berlebih, yang diterapi dengan cara komprehensif yang dilakukan dengan pengawasan medis.

Selain itu, Lighthouse Indonesia juga menangani pasien yang mengalami gangguan makan atau eating disorder (ED). dr Grace Judio mengatakan di Indonesia angka penderita gangguan makan belum terdeteksi karena minimnya pemahaman masyarakat akan masalah ini.

"Masalah gangguan makanan sangat menyentuh aspek kepribadian, perilaku, kebiasaan, emosi dan pola pikir seseorang," ucap dr Grace.

Jika perubahan hanya dilakukan sebatas pengetahuan mengenai pola makan, maka tidak akan pernah cukup. Karena itulah, penanganan yang terintegrasi dan terstruktur sangat diperlukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement