Senin 04 Sep 2017 05:23 WIB

Kolesterol Baik Bisa Bersikap 'Jahat', Ini Penyebabnya

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ratna Puspita
IPB menemukan bakteri penurun kolesterol.
Foto: Dok IPB
IPB menemukan bakteri penurun kolesterol.

REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN — Selama ini kadar kolesterol baik (HDL) yang tinggi dinilai baik bagi kesehatan, khususnya untuk jantung dan pembuluh darah. Tapi, penelitian terbaru menunjukkan kadar kolesterol baik yang tinggi justru dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan.

Peneltian dilakukan oleh Universitas Kopenhagen ini menunjukkan bahwa kadar HDL yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko kematian. Peningkatan risiko kematian ini lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita.

Pada pria, kadar HDL yang terlalu ekstrim dalam darah dapat meningkatkan risiko kematian dini hingga 106 persen dibandingkan pria dengan kadar HDL normal. Sedangkan kadar HDL yang terlalu ekstrim pada wanita dapat meningkatkan risiko kematian dini hingga 68 persen dibandingkan wanita dengan kdar HDL normal.

Kadar HDL dikategorikan sebagai ekstrim jika mencapai angka 3.0 millimoles per liter atau lebih pada pria. Sedangkan pada wanita, kadar HDL dikatakan esktrim jika mencapai 3,5 millimoles per liter atau lebih.

Di sisi lain, rasio kematian pada pria dengan kadar HDL sangat tinggi juga diketahui lebih tinggi 36 persen dibandingkan pria dengan kadar HDL normal. Rasio kematian terendah ditemukan pada orang yang memiliki kadar HDL sedang, yaitu 1,9 millimoles per liter untuk pria dan 2,4 millimoles per liter untuk wanita.

"Sampai saat ini, semua orang meyakini bahwa semakin tinggi kolesterol HDL maka semakin baik," kata Profesor Borge Nordestgaard dari Departemen Kedokteran Klinis di Universitas Kopenhagen, seperti dilansir dari Medical News Today.

Dari temuan ini, Nordestgaard ingin mengajak masyarakat dan juga dokter untuk berhenti berpikir bahwa kolesterol HDL merupakan kolesterol 'baik'. Alasannya, kadar HDL yang meningkat secara ekstrim juga diiringi dengan rasio kematian yang tinggi.

Di sisi lain, Nordestgaard juga menyadari bahwa penelitian yang ia dan timnya lakukan ini bersifat observasi. Oleh karena itu, ia dan tim peneliti belum mampu menjelaskan hubungan sebab-akibat antara kadar kolesterol HDL yang teramat tinggi dan risiko kematian dini. Nordestgaard berharap penelitian ke depan dapat menggali pemahaman mengapa orang dengan kadar HDL yang terlalu tinggi memiliki risiko kematian yang meningkat.

"Daripada (fokus meningkatkan kadar HDL), orang-orang sebaiknya fokus dalam menurunkan kadar LDL dan kolesterol remnant dengan perubahan gaya hidup serta obat-obatan," ujar Nordestgaard.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement