Rabu 16 Aug 2017 19:48 WIB

Tidur Lebih Banyak Kurangi Risiko Diabetes Tipe 2 pada Anak

Waktu tidur yang cukup berpengaruh pada kesehatan mental anak.
Foto: pixabay
Waktu tidur yang cukup berpengaruh pada kesehatan mental anak.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anak-anak yang bisa tidur lebih banyak menghadapi risiko lebih rendah terserang diabetes tipe 2. Itu menurut satu studi baru yang disiarkan pada Selasa (15/8) di The Journal of Pediatrics di AS.

Untuk orang dewasa, tidur terlalu banyak atau kurang tidur berkaitan dengan penumpukan lemak dan diabete tipe 2. Pada anak-anak, lebih banyak tidur telah dikaitkan dengan tingkat kegemukan yang lebih rendah.

Namun, penelitian mengenai faktor risiko diabete tipe 2 jarang dilakukan. Untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan, para peneliti menganalisis pengukuran tubuh, hasil sampel darah, dan data pertanyaan dari 4.525 anak dari berbagai etnik, yang berusia sembilan sampai 10 tahun, di Inggris.

Mereka mendapati anak-anak yang tidur lebih lama memiliki bobot tubuh lebih rendah dan kandungan massa lemak juga lebih rendah. Rentang waktu tidur "juga sangat berbanding terbalik berkaitan denganinsulin, ketahanan insulin dan gula darah", kata para peneliti tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Rabu (16/8) malam.

"Temuan ini menunjukkan peningkatan rentang waktu tidur dapat memberi pendekatan sederhana bagi pengurangan kandungan lemak tubuh dan risiko diabetes tipe 2 sejak awal kehidupan," kata Profesor Christopher Owen, yang memimpin penelitian itu di University of London, St.George, di dalam satu pernyataan.

"Potensi manfaat yang berkaitan dengan peningkatan tidur pada anak-anak mungkin memiliki dampak bagi kesehatan saat anak dewasa," kata Owen.

Para peneliti tersebut tidak menemukan hubungan antara lamanya tidur dan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk lemak darah dan tekanan darah. Ketidakadaan itu menunjukkan bahwa "lamanya tidur tidak mengubah risiko lain penyakit jantung pada awal kehidupan, selain dengan peningkatan kegemukan dan resiko metabolis yang, jika berlangsung terus atau bertambah, memerlukan waktu untuk meningkatkan resiko penyakit jantung", tulis para peneliti tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement