Selasa 25 Oct 2016 07:42 WIB

Waspada Kanker Payudara, Kenali Faktor Risikonya

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Andi Nur Aminah
Kampanye peduli kanker payudara.
Foto: Antara/Eric Ireng
Kampanye peduli kanker payudara.

REPUBLIKA.CO.ID, Dunia memperingati bulan Oktober sebagai bulan peduli kanker payudara. Karena itu, Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia, Aru Wisaksono Sudoyo, mengingatkan semua perempuan Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kanker payudara.

"Kanker payudara bisa disembuhkan jika diketahui sejak stadium dini dan segera diobati. Karena itu edukasi tentang deteksi dini dan faktor risiko sangat penting," ujar Profesor dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Ia menjelaskan, hingga saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui. Namun, ada faktor risiko yang meningkatkan terjadinya kanker payudara dan biasanya merupakan kombinasi banyak hal serta tidak berdiri sendiri.

Sejumlah faktor itu adalah merokok atau terpapar asap rokok, pola makan buruk, faktor genetik, atau pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan oleh tumor jinak atau tumor ganas. Faktor risiko lain yakni mendapat haid pertama pada usia kurang dari 12 tahun atau mengalami menopause setelah umur 50 tahun.

Selain itu, tidak pernah menyusui anak dan melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun juga disebut Aru sebagai faktor risiko kanker payudara. Aru mengingatkan pula bahwa hamil di usia muda termasuk faktor risiko yang kerap dijumpai pada sejumlah negara Asia.

Pria kelahiran Washington DC, 29 Juni 1951 itu mengatakan, ada faktor risiko yang tidak bisa diubah seperti gender. Namun, faktor risiko lain seperti lingkungan, pola makan, atau usia pernikahan dan kehamilan seharusnya bisa dikendalikan sehingga kanker bisa dicegah.

"Waspada jika berat badan turun drastis, anemia, nyeri tak kunjung reda, atau menjumpai benjolan pada payudara. Lakukan pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI karena setiap orang lebih mengetahui jika terjadi perubahan pada tubuhnya," tutur Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik (KHOM) itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement