Kamis 13 Oct 2016 12:01 WIB

ASI Mengeras Sebabkan Kanker, Mitos atau Fakta?

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Menyusui bayi dengan benar akan menghindari ibu dari mastitis.
Foto: Republika/Prayogi
Menyusui bayi dengan benar akan menghindari ibu dari mastitis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ASI yang tersisa dan mengeras atau mengendap di dalam payudara berisiko menyebabkan timbulnya benjolan dan infeksi yang dikenal dengan istilah mastitis. Sebagian masyarakat meyakini bahwa benjolan mastitis ini dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara. Benarkah anggapan tersebut?

"Mitos itu," ujar dokter dari divisi Uji Kesehatan dan Deteksi Dini Kanker RS Dharmais dr Hardina Sabrida MARS saat ditrmui dalam Breast Cancer Awareness Month di Neo Soho Mall, Central Park.

Hardina mengatakan ASI yang tersisa dan mengeras di dalam payudara memang berpotensi menyebabkan mastitis. Infeksi pada mastitis ini, lanjut Hardina, biasanya akan disertai dengan gejala demam, benjolan dan rasa nyeri pada payudara. Akan tetapi, kondisi ini tidak akan berkembang menjadi kanker payudara.

"Kasih antibiotik akan hilang. Kalau tidak hilang, (benjolan) dibuang (melalui operasi)," tambah Hardina.

Hardina mengatakan maslah mastitis memang menjadi keluhan umum pada ibu menyusui. Hardina mengatakan salah satu pemicu terjadinya mastitis ialah ibu menyusui yang tidak menyusui penuh bayinya secara langsung. Tak jarang, ibu menyusui yang juga pekerja kantoran menggunakan pompa ASI untuk memberikan ASI kepada bayi mereka. Atau karena masalah perlekatan menyusui yang tidak benar.

"(Alat pompa ASI) Tidak dapat menggantikan peranan mengisap bayi. Jadi memang sebaiknya anak yang menyedotnya (langsung)," kata Hardina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement