Selasa 03 Nov 2015 12:58 WIB

Tes Ini Deteksi Virus Apa Pun di Darah Pasien

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
.
Foto: torange
.

REPUBLIKA.CO.ID, Diagnosis terbaik mengarahkan seseorang pada pengobatan lebih baik. Diagnosis terkadang hanya mudah diucapkan tapi sulit dilakukan karena tak semua pasien bersedia melakukan tes.

Ada banyak faktor di luar sana yang menyebabkan penyakit. Oleh sebabnya, deteksi dan diagnosis diperlukan, meski terkadang tes itu mahal.

Bagaimana jika ada satu tes universal yang bisa mendiagnosis penyakit apa saja di dalam darah pasien? Peneliti senior di Washington University School of Medicine, Gregory Storch mengatakan timnya telah menemukan cara terbaru. "Dengan tes ini, Anda akan tahu apa yang Anda cari," kata Storch dilansir dari IFL Science, Selasa (3/11).

Tes yang mereka namakan ViroCap ini bisa mendiagnosis bahkan jenis penyakit yang sulit dipahami disebabkan virus. Peneliti membuat panel luas menggunakan DNA dan RNA yang ditemuan dalam 34 virus berbeda yang biasa menginfeksi manusia dan hewan.

Jutaan asam nukleat bisa digunakan sebagai sampel. Spektrum lebih luas ini bisa mendeteksi subtipe virus tertentu yang mungkin sulit ditemukan dalam tes kesehatan biasa. Meski informasi tentang virus ini tak selamanya bisa mengubah cara pengobatan pasien, namun bisa membantu pasien untuk tetap kebal dari penyakit yang mungkin saja berisiko muncul.

Untuk menguji kemampuan, para peneliti mengambil sampel sekelompok pasien di Rumah Sakit Anak St. Louis. Mereka membandingkan hasil tes kesehatan dengan ViroCap dengan tes kesehatan tradisional.

Hasilnya, ViroCap bisa mendeteksi beberapa virus yang tak bisa dideteksi dengan cara tradisional, ini termasuk virus yang menyebabkan cacar.

Semua ini tentu saja terdengar bagus di atas laporan penelitian, namun belum siap digunakan di sejumlah klinik. Uji lebih lanjut diperlukan untuk memeriksa akurasi pada populasi yang lebih besar. Ketika saatnya tiba, tim berencana untuk melakukan uji coba dalam skala lebih luas, khususnya mendeteksi wabah ebola.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement