Rabu 26 Aug 2015 09:16 WIB

Penyakit tak Menular Disebabkan Perubahan Gaya Hidup yang Cepat

Rep: Dyah ratna meta novia/ Red: Winda Destiana Putri
Menteri Kesehatan Nila Moeloek
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Kesehatan Nila Moeloek

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan, negara maju sudah membasmi dan mengendalikan sebagai besar penyakit menular seperti malaria.

Namun negara-negara berkembang menghadapi beban ganda yakni penyakit menular dan penyakit tak menular.

"Penyakit tak menular ini sebagai besar disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang cepat. Bila tak dilakukan intervensi maka kematian akibat penyakit tak menular akan meningkat 15 persen antara 2010-2020," ujarnya, Selasa (25/8).

Peningkatan terbesar, kata Nila, terjadi di Afrika, Mediterania Timur, dan Asia Tenggara. Namun sebenarnya penyakit jantung, stroke, dan diabetes dapat dicegah dengan modifikasi perilaku dan intervensi farmasi.

Penyakit tak menular dapat menghambat upaya pengentasi kemiskinan dan memperlambat pencapaian tujuan pembangunan internasional. Jika orang-orang di usia produktif jatuh sakit dan meninggal ini akan mempengaruhi tingkat produktivitas.

"Apalagi biaya pengobatan yang tinggi sehingga mengancam perekonomian individu dan negara. Sejak 2011-2025 total kerugian ekonomi akibat penyakit tak menular diperkirakan mencapai 7 miliar dolar AS," ujarnya.

Sementara estimasi biaya yang dikeluarkan untuk menekan angka penyakit tak menular di dunia mencapai 11,2 juta dolar AS.

"Makanya melalui Pertemuan Penyakit tak Menular Regional Asean diharapkan bisa menjadi sarana berbagi pengalaman di antara negara Asean. Selain itu memberikan pemahaman kalau penyakit tak menular banyak dipengaruhi sektor di luar kesehatan seperti kebijakan publik di bidang pertanian, pendidikan, produksi pangan, perdagangan, perpajakan, dan pembangunan perkotaan," terang Nila.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement