Rabu 10 Jun 2015 10:01 WIB

Hipertensi Picu Penyakit Jantung dan Stroke

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Pemeriksaan penderita hipertensi.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pemeriksaan penderita hipertensi.

REPUBLIKA.CO.ID, Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi sebagai faktor risiko utama terjadinya stroke, penyakit jantung dan gagal ginjal. Prevalensi hipertensi masih tinggi, yaitu sebesar 26,5 persen (Riskesdas 2013), yang menunjukkan 1 dari 4 orang menderita hipertensi.

Bahkan pada usia lanjut (lebih dari 65 tahun ) menunjukan satu dari dua orang menderita hipertensi, artinya satu dari dua lansia berisiko tinggi terkena stroke, penyakit jantung dan gagal ginjal bila tidak terdeteksi dini dan tidak terobati hipertensinya. Data menunjukkan sekitar 50 persen penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi.

Pakar hipertensi, dan guru besar FKUI, Prof Dr dr Suhardjono, SpPD, KGH, KGer, FINASIM, menjelaskan hipertensi jika tidak ditangani maka akan berakibat fatal pada jantung, ginjal, otak serta menimbulkan komplikasi dan beban biaya yang besar seperti dialisis atau cuci darah. Bukan hanya beban ekonomi yang ditimbulkan namun juga menurunkan kualitas hidup penderita, keluarga dan masyarakat.

“Sebenarnya saat ini di era JKN dimana akses faskes lebih terjangkau diharapkan masyarakat dapat datang sedini mungkin untuk mengecek tekanan darahnya, sebelum datang dengan komplikasinya,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima ROL.

Beratnya hipertensi tidak hanya berdasar tingginya tekanan darah saja, namun harus dilihat adanya faktor penyerta lainnya. Risiko kerusakan target organ (otak, jantung, ginjal) sangat dipengaruhi oleh tingginya tekanan darah, umur, merokok, dislipidemia, diabetes melitus, obesitas. Jadi seseorang dengan hipertensi, penyakit diabetes, dan lingkar perut yang besar, apalagi merokok tentu akan berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung dibanding dengan yang hanya menderita hipertensi saja.

“Pada intinya, pengobatan hipertensi bertujuan menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular, stroke dan ginjal dengan cara mengendalikan maksimal semua faktor risiko kardiovaskular. Tekanan darah diturunkan hingga kurang dari 140 per 90 mmHg.

 

Wakil Ketua I, Perhimpunan Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH), Dr dr Yuda Turana, SpS, yang juga seorang ahli syaraf mengemukakan hipertensi tidak hanya masalah dengan stroke , namun juga faktor risiko utama kepikunan atau demensia. Diketahui bahwa hipertensi yang tidak terkontrol pada usia 40 tahunan akan mengakibatkan kepikunan saat usia lanjut. “Hipertensi dapat mempercepat proses penuaan otak,” ujarnya.

Selain itu kondisi stres dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, dan kondisi emosi tidak stabil dapat membuat tekanan darah menjadi tidak stabil. Kondisi tekanan darah yang rerata normal namun tidak stabil, juga akan berakibat buruk terhadap otak dan berisiko terkena gangguan memori dan kognitif lainnya. Desy susilawati

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement