Rabu 19 Mar 2014 15:38 WIB

Sering Lemas? Mungkin Kekurangan Kalium Jawabannya

Rep: Indah Wulandari/ Red: Indira Rezkisari
.
Foto: homemakersdaily.com
.

REPUBLIKA.CO.ID, Sering merasa kelelahan tanpa tahu penyebabnya, bisa jadi itu gejala awal kekurangan kalium atau hipokalemia.

Ternyata, penyakit yang menyerang fungsi otot dan organ dalam tubuh ini bisa menyebabkan komplikasi jantung, stroke, hingga gagal ginjal.

Penderita kekurangan kalium kerap didera rasa lemas tak berkesudahan.

“Orang dengan hipokalemia susah mengangkat kakinya, tangannya juga lemas karena kaliumnya tidak ada. Kalau makin berat, ya bisa terjadi kelainan pada jantungnya, yakni terjadi gangguan irama jantung dan berdenyut tak normal sehingga membahayakan nyawanya,”  terang Ketua Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr.dr. Ari Fahrial Syam, SP.pD KGEH FINASIM FACP MMB.

Risiko terburuk dari kasus kekurangan zat kalium ini, terjadi gangguan irama jantung hingga meninggal.

Kalium, jelas Ari, merupakan elektrolit yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh serta kerja jantung, otot, dan lainnya. Rasa lemas terjadi ketika kadar kalium tubuh kurang dari yang diperlukan untuk menjaga volume dan komposisi cairan tubuh.

Berkurangnya cairan dalam jumlah besar dari dalam tubuh lewat muntah, diare, atau penggunaan obat pencahar makin memperparah kondisi penderita hipokalemia. Ari pun meminta agar stabilitas serta stamina penderita dijaga agar tak merembet menjadi komplikasi organ dalam lainnya.

“Yang patut diperhatikan, hipokalemia biasanya dialami pasien dengan gangguan ginjal. Ginjal yang baik bisa menahan kalium, sehingga tidak keluar bersama urine. Pengeluaran kalium lewat urine yang terlalu besar mengindikasikan kondisi ginjal yang buruk,” kata Ari. 

Masyarakat bisa mengetahui kadar kalium dalam tubuh melalui tes darah. Jika hasilnya kurang dari 3,5 maka kondisi tersebut adalah hipokalemia. Selanjutnya pasien bisa melakukan tes ginjal bila tidak mengalami muntah atau diare.

Kalaupun mengalami muntah atau diare, ari meminta keduanya disetop terlebih dulu. Penderita harus memperbaiki pola konsumsi makanan dan minumannya terlebih dahulu. Tambahan kalium biasanya diperlukan pasien yang mengonsumsi obat untuk melancarkan air seni (diuretik).

 

Bila kekurangan kalium terjadi dalam jumlah besar, biasanya pasien akan diberi garam kalium, yang dikonsumsi per oral. Namun garam diberikan dalam dosis kecil beberapa kali sehari, untuk menghindari iritasi pencernaan.

Kalium juga bisa diberikan melalui infus, yang hanya bisa dilakukan di rumah sakit. Hal tersebut untuk menghindari kenaikan kalium terlalu tinggi yang berbahaya bagi pasien. Pada beberapa kasus, penderita hipokalemia kerap mengalami pingsan.

“Kondisi tersebut bisa saja disebabkan kekurangan natrium. Pada keadaan ini sebaiknya penderita diberi asupan cairan elektrolit, untuk mengganti asupan natrium dan kalium dari dalam tubuh,” jelas Ari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement