Rabu 19 Dec 2012 08:32 WIB

Meremas Payudara Lumpuhkan Sel Kanker

Rep: Friska Yolanda/ Red: Karta Raharja Ucu
Seorang aktivis menunjukkan brosur pencegahan Kanker Payudara dengan pita berwarna merah Jambu saat kampanye Deteksi Dini Kanker Payudara di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Seorang aktivis menunjukkan brosur pencegahan Kanker Payudara dengan pita berwarna merah Jambu saat kampanye Deteksi Dini Kanker Payudara di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Ada cara mudah melumpuhkan sel kanker payudara yang kerap menyerang wanita. Caranya meremas payudara tersebut sesering mungkin.

Para ahli menemukan kekuatan fisik memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan pengendalian sel kanker. Penelitian ini diyakini dapat menciptakan tindakan baru dalam menyelamatkan perempuan dari kanker payudara.

"Selama berabad-abad orang telah menyadari kekuatan fisik dapat mempengaruhi tubuh manusia," kata anggota tim peneliti dari University of california di Berkeley, As, seperti dilansir laman Daily Mail, Rabu (19/12).

Ketika seseorang mengangkat beban, maka ototnya akan menjadi lebih besar. Gaya gravitasi sangat penting menjaga kekuatan tulang. Artinya, kekuatan fisik memainkan peranan penting dalam pengendalian sel kanker.

Hasil Penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Society for Cell Biology di San Fransisco itu melibatkan sel kanker payudara ganas yang disuntikkan ke dalam gel silikon. Di sini peneliti melakukan kompresi atau tekanan tinggi pada tahap pertama pertumbuhan sel yang masih sangat aktif.

Seiring waktu, sel ganas tersebut tumbuh secara terorganisir dan lebih normal. Setelah struktur jaringan payudara yang dibentuk sel kanker berhenti tumbuh, gaya kompresi dihentikan. Namun ternyata sel yang tidak dikompresi mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali dan mengarah ke kanker.

"Sel ganas belum sepenuhnya lupa bagaimana menjadi sehat. Mereka hanya perlu isyarat yang tepat untuk membimbing mereka kembali ke pola pertumbuhan yang lebih sehat," kata mahasiswa doktoral yang ikut dalam penelitian tersebut, Venugopalan.

Namun kompresi dalam penelitian ini belum memungkinkan dijadikan sebagai terapi. Peneliti meyakini kompresi seperti ini akan menjadi petunjuk untuk melacak molekul dan struktur yang akhirnya bisa ditargetkan untuk terapi.

Diharapkan penelitian lebih lanjut bisa mencapai hasil yang terbaik sehingga dapat menekan tingkat kematian perempuan akibat kanker payudara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement