Senin 20 Feb 2012 16:03 WIB

Haruskah Perempuan Melakukan Pap Smear Setiap Tahun?

Tes kesehatan untuk perempuan/ilustrasi
Foto: novasans.com
Tes kesehatan untuk perempuan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagian besar perempuan boleh jadi sudah paham soal pap smear. Ini adalah upaya pemeriksaan usapan leher rahim dan kemudian sel-sel yang diambil dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan atau ketidaknormalan sel-sel leher rahim yang mengarah ke kanker.

Pap smear sangat bermanfaat untuk mendeteksi dini adanya kemungkinan kanker leher rahim.

Seperti kanker lainnya, semakin dini diobati, kemungkinan keberhasilan pengobatan menjadi semakin tinggi. Tidak seperti kanker payudara, yang juga sering dialami wanita, tidak ada benjolan yang dapat dideteksi dini pada kanker leher rahim. Kanker leher rahim yang sudah menunjukkan perdarahan vagina dan nyeri, biasanya terjadi setelah kanker berada dalam tahap lanjut.

Tes ini disarankan dilakukan setiap tahun. Namun, benarkah tes tersebut harus dilakukan setiap tahun?

Menurut dr Zubairi Djoerban, spesialis penyakit dalam dan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, seperti halnya tes-tes penapis lainnya, tidak ada tes yang 100 persen akurat. Memang pap smear, terutama yang dilakukan dengan teknik konvensional, memiliki kemungkinan hasil negatif palsu (false negative) yang cukup tinggi, yaitu sekitar 10-29 persen. Saat ini, sudah dilakukan pemeriksaan yang berbasis cairan untuk meningkatkan akurasi dari pap smear.

Hasil negatif palsu artinya hasil pap smear dinyatakan negatif, padahal sebenarnya sudah ada sel-sel yang tidak normal. Hal ini akan berakibat pada keterlambatan pengobatan. Hasil positif palsu artinya hasil tes dinyatakan positif, padahal sebenarnya sel-selnya normal. ''Hal ini akan mengakibatkan timbulnya kecemasan dan dilakukannya tes-tes lanjutan yang sebenarnya tidak perlu,'' papar Zubairi dalam satu konsultasi.

 

Dengan segala keterbatasan tersebut, pap smear saat ini masih menjadi pilihan untuk mendeteksi dini kanker leher rahim karena cukup spesifik mendeteksi adanya kelainan sel serta cara pemeriksaannya mudah, sederhana, dan biayanya murah.

 

Untuk menghindarkan hasil yang tidak akurat, lanjut Zubairi, sebelumnya harus dilakukan persiapan. Waktu terbaik untuk melakukannya adalah 10-20 hari setelah hari pertama menstruasi. Dua hari sebelum melakukan tes jangan membersihkan (cuci) vagina dengan cairan pembersih, antiseptik, atau alat KB (spermisida), memakai tampon, dan berhubungan intim.

 

Untuk jadwal rutin pemeriksaan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kandungan. Karena, ini terkait dengan hasil tes sebelumnya dan faktor risiko yang dimiliki. Sebagai pedoman, jadwal untuk melakukan pap smear adalah  tiga tahun setelah berhubungan intim yang pertama. Setelah itu, sampai usia 30 tahun, tiga tahun sekali. Untuk wanita di atas 30 tahun, jika hasil tes normal dan Anda tidak memiliki faktor risiko, mungkin dokter menganjurkan untuk mengulangnya dua-tiga tahun lagi.

 

Jika hasil pap smear positif, tergantung dari jenis sel yang ditemukan, mungkin hanya akan diminta mengulang pap smear dalam beberapa bulan mendatang atau dilakukan pemeriksaan lanjutan. Sekitar 50-80 persen wanita yang dinyatakan hasil pap smear-nya abnormal, ternyata tidak mengalami kanker leher rahim. Pemeriksaan lanjutan dapat berupa peneropongan leher rahim dan/atau pengambilan sel-sel yang abnormal dengan biopsi atau kuret. ''Kalaupun hasilnya positif kanker, hasil pengobatan kanker leher rahim stadium atau tahap dini jauh lebih baik dibandingkan stadium lanjut,'' ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement