Dua Kendala Partisipasi Perempuan dalam Politik

Selasa , 17 Oct 2017, 15:35 WIB
Menurut Anggota Komisi II Hetifah.
Foto: dpr
Menurut Anggota Komisi II Hetifah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan dinilai harus memiliki strategi dalam menghadapi pemilu. Menurut Anggota Komisi II Hetifah terdapat dua pernghalang utama dalam melihat partisipasi perempuan dalam politik.

"Masalah utama keterwakilan perempuan kita ada dua. Dari sisi supply dan demand. Ada partai yang kekurangan SDM perempuan. Ada juga perempuan yang sudah berpolitik tapi tidak terpilih," kata Hetifah dalam keterangan tertulis, Senin, (16/10).

Menurut dia, untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik diperlukan beberapa strategi seperti peraturan, penjaringan, pendidikan dan pendanaan. Hal ini perlu disiapkan secara serius agar mampu mendongkrak jumlah perempuan yang berhasil dalam pemilu. 

Menghadapi Pemilu 2019, Hetifah memberikan strategi-strategi bagi perempuan untuk memenangkan Pemilu. Diantara strategi itu adalah penjaringan atau rekrutmen caleg. "Kelompok perempuan seperti KPPI dan organisasi perempuan sayap-sayap partai membentuk data base perempuan yang akan diajukan ke parpol," kata politikus Partai Golkar ini.

 

Selain strategi penjaringan, Hetifah juga menjelaskan perlunya pendidikan politik sebagai strategi pemenangan Pemilu bagi perempuan. "Pendidikan politik bagi caleg perempuan penting dilakukan untuk peningkatan kapasitas. Juga bagi anggota legislatif perempuan untuk meningkatkan performance," kata Hetifah.

 

Hingga kini, terlihat jumlah perempuan yang berhasil memenangkan pemilu masih sedikit, sehingga ini perlu menjadi perhatian agar perempuan dapat lebih meningkatkan persentase kemenangannya dalam pemilu.