Jumat , 01 Jul 2016, 13:10 WIB

Tarik Wisatawan, Pengurusan Izin Kapal Layar Kini Makin Simpel

Red: Dwi Murdaningsih
Antara
Kapal pesiar sandar di pelabuhan.
Kapal pesiar sandar di pelabuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, AUCKLAND -- Indonesia akan memiliki dua event akbar yang dijamin akan memikat para penggemar laut. Even itu yakni Sail Karimata dan Wonderful Sail 2 di Indonesia. Kedua even ini dipromosikan di hadapan komunitas Royal New Zealand Yacht Squadron, Auckland.

Sail Karimata dan Wonderful Sail 2 Indonesia Dipromosikan di Auckland

Selain memaparkan pesona dua even yang pasti sangat menggirukan itu, pengamat kemaritiman, Raymond Lesmana juga meyakinkan para yachter di Auckland bahwa saat ini, pengurusan izin masuk kapal layar sangat simpel. Kemudahan atau deregulasi Yacht sudah dilakukan Tim Percepatan Wisata Bahari di bawah komando mantan Menko Kemaritiman, Indroyono Soesilo. CAIT, untuk izin masuk yacht ke perairan Indonesia sudah disederhanakan.

Tinggal klik http://yachters-indonesia.id dan mengisi form yang tersedia, para yachter sudah bisa masuk ke Indonesia. Dari tiga pekan, langsung dipangkas menjadi tiga jam.

“Ini adalah peraturan paling mudah di dunia. Klik http://yachters-indonesia.id, semuanya pasti beres. Sekarang 3 jam sudah dapat izin. Ke depan malah bisa 1 jam. Silahkan datang dan berlayar ke Indonesia," ajak Raymond.

Biayanya? Yachter hanya dikenakan biaya sebesar Rp 30.000. Tidak lebih dari 3 dolar New Zealand.  Dengan beban biaya yang sangat ringan itu, para yachter sudah bisa menikmati Raja Ampat, kawasan snorkeling site terbaik dunia versi CNN. Bisa juga menikmati Labuan Bajo, peringkat dua dunia untuk kategori snorkeling site dunia versi CNN.

"Sekarang malah sudah ada Peraturan Presiden 105/2015 yang memayungi pengurusan dokumen CIQP (custom, immigration, quarantine, port) di 18 pelabuhan. Dan yacht bisa tetap stay di Indonesia selama tiga tahun," kata Raymond.

Ke-18 pelabuhan yang dimaksud adalah Sabang (Aceh), Belawan (Medan), Teluk Bayur (Padang), Nongsa Point Marina (Batam), Banda Bintan Telani (Bintan), Tanjung Pandan (Belitung), Sunda Kelapa dan Ancol (Jakarta), Tanjung Beno (Bali), Tenau (Kupang), serta Kumai (Kotawaringin Barat). Selain itu, Tarakan, Nunukan (Bulungan), Bitung, Ambon, Saumlaki (Maluku Barat), Tual (Maluku Tenggara), Sorong, dan Biak.

Bagaimana dengan respons komunitas Royal New Zealand Yacht Squadron? “Saya hanya bisa bilang wow. Sekarang Indonesia sudah membuka diri lewat penyederhanaan aturan. Saya sangat merekomendasikan anggota kami untuk berlayar ke Indonesia. Alamnya indah, penduduknya ramah, dan yang lebih penting lagi, Indonesia bebas cyclone,” terang Commodore Royal New Zealand Yacht Squadron, Andy Anderson.

Dan tak hanya Andy yang memberi komentar. Anggota Royal New Zealand Yacht Squadron asal Auckland, Nathan Mitchell malah langsung membatalkan agenda berlayar ke Fiji. “Indonesia sepertinya sangat menarik. Saya putuskan Agustus nanti saya tidak jadi ke Fiji. Saya pilih berlayar ke Indonesia. Saya ingin masuk ke hutan. Lihat kehidupan satwa liar. Bahkan nanti saya akan ikut mengajar warga pedalaman yang ada di dalam hutan," kata Nathan.