Jumat 17 Nov 2017 16:25 WIB

Pentingnya Deteksi Dini ROP untuk Bayi Prematur

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Bayi prematur di dalam inkubator.
Foto: EPA
Bayi prematur di dalam inkubator.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Retinopati prematuritas (ROP) merupakan kelainan perkembangan pembuluh darah retina akibat belum matangnya retina mata pada bayi karena dilahirkan secara prematur. Bayi prematur memiliki risiko ROP sebesar 30 persen. Jika dibiarkan, ROP dapat menyebabkan kebutaan pada bayi dalam waktu singkat.

"Kebutaan dapat dicegah dengan cara melakukan skrining ROP pada bayi prematur," terang pakar kesehatan mata anak dari FKUI/RSCM Prof dr Rita Sita Sitorus SpM(K) PhD dalam peluncuran program JAK-ROP bersama RSCM, Hellen Keller International dan Standard Chartered di RSCM Kirana, Jumat (17/11).

Skrining ROP harus dilakukan sejak bayi prematur sudah dinyatakan stabil dan siap untuk di-screening oleh dokter spesialis anak. Meski skrining menunjukkan hasil negatif, skrining ROP tetap harus dilakukan berulang kali hingga bayi mencapai usia postmenstrual age (PMA) 42 minggu. "Karena di usia 42 minggu itu risiko (ROP) sudah rendah," tambah Rita.

Skrining ROP bisa dilakukan dengan dua cara, salah satunya dengan menggunakan optalmoloskop indirek. Pemeriksaan ini harus dilakukan langsung oleh dokter spesialis mata yang sudah mumpuni. Cara lain menggunakan retial kamera (RetCam).

RetCam dinilai lebih efisien untuk proses skrining karena pengambilan gambar bisa dilakukan oleh paramedis terlatih. Gambar yang didapatkan bisa dikirimkan ke dokter spesialis mata terlatih untuk dianalisis. "Ahli mata tidak perlu datang (saat pengambilan gambar). Kelebihan lain, (RetCam) mampu skrining lebih luas," jelas Rita.

Skrining ROP tak boleh ditunda karena perkembangan penyakit ROP berlangsung dengan sangat cepat. Skrining ROP yang dilakukan ketika bayi prematur sudah melewati usia (PMA) 42 minggu dapat dikatakan terlambat. Alasannya, ROP yang baru terdeteksi di usia-usia tersebut cenderung sudah memasuki stadium lanjut dan sangat berpotensi menyebabkan kebutaan.

Sebaliknya, risiko kebutaan dapat dihindari jika ROP terdeteksi dan diterapi sejak dini. Beberapa jenis terapi yang bisa diberikan kepada bayi prematur yang mengalami ROP adalah obeservasi, pemberian sinar laser, suntikan obat anti VEGF atau bedah vitrektomi. Jenis terapi yang diberikan akan sangat bergantung pada stadium ROP yang ditemukan pada bayi prematur.

"Deteksi dini ROP, terapi sedini mungkin sehingga mereka tidak perlu sampai ke stadium lanjut apalagi kebutaan," tegas Rita

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement