Rabu 13 Sep 2017 08:20 WIB

Studi Ungkap Bahaya Rokok Elektrik 'Vape' Bernikotin

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Agus Yulianto
Rokok elektrik
Foto: AP
Rokok elektrik

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Rokok elektrik alias vape umumnya dianggap sebagai batu loncatan bagi orang-orang yang ingin mencoba berhenti merokok. Tidak sedikit kalangan menganggap rokok jenis ini sebagai alternatif yang jauh lebih sehat dibandingkan rokok tembakau.

Padahal, riset yang dilakukan Institut Karolinska di Stockholm, Swedia, mengungkap bahaya yang tersimpan di dalamnya. Vape yang mengandung nikotin berpotensi meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke, karena menyebabkan arteri menjadi kaku serta meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.

Hasil tersebut didapatkan dengan melakukan serangkaian pengujian terhadap 15 sukarelawan sehat yang sebelumnya tidak pernah menggunakan rokok elektrik. Para peserta yang menghisap vape selama 30 menit, tercatat mengalami peningkatan tekanan darah, detak jantung, dan kekakuan arteri yang signifikan.

"Jumlah pengguna rokok elektrik telah meningkat drastis beberapa tahun terakhir karena dianggap tidak berbahaya oleh masyarakat umum. Namun, keamanannya masih diperdebatkan dan semakin banyak bukti menunjukkan beberapa efek kesehatan yang merugikan," ungkap peneliti utama studi, dr Magnus Lundback.

Meski ukuran penelitian yang dilakukan berskala kecil dengan efek yang bersifat sementara, Lundback percaya penggunaan rokok elektrik berulang kali bisa menimbulkan efek permanen. Namun, ia mengingatkan bahwa hasil studi yang digagas berlaku untuk vape bernikotin.

Pakar jantung dari Universitas Sheffield, Tim Chico, angkat suara mengenai hasil penelitian tersebut. Menurutnya, rokok elektrik tidak menyimpan bahaya sebesar rokok konvensional, tetapi sebaiknya siapa saja tidak menggunakannya secara keliru dengan menganggapnya sama sekali tidak berbahaya.

"Penting untuk memahami dampak rokok elektrik, tetapi seharusnya tidak mengurangi fakta bahwa rokok konvensional mengurangi harapan hidup selama 10 tahun dan menyebabkan penyakit kronis yang menghancurkan kualitas hidup," kata Chico, dikutip dari laman Independent.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement