Senin 04 Sep 2017 11:00 WIB

Ini Pendapat Ibu Muda Soal Vaksin MR!

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Agus Yulianto
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto (kedua dari kanan).
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto (kedua dari kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa orang tua murid, khususnya kalangna ibu-ibu, masih merasa khawatir terkait vaksin Measles Rubella (MR), dengan status belum halalnya. Namun, salah seorang ibu muda mantan apoteker, Ria Anggraeni memaparkan pentingnya vaksin MR bagi anak.

"Penting dong. Iya, memang belum ada sertifikat halal, tapi saya sebagai ibu, pastinya menginginkan anak saya terproteksi dengan baik ya dari segi kesehatan," ujar Ria saat dihubungi Republika.co.id, Senin (4/9) pagi.

Ria merupakan seorang ibu muda berusia 25 tahun, yang memiliki bayi berusia empat bulan. Dulu, ia pernah menjadi seorang apoteker di salah satu rumah sakit ternama selama empat tahun. Tentunya, dia sedikit banyak memahami dunia medis.

Bagi dia, vaksin dibuat dengan teknologi tinggi, dan tidak sembarangan. Dia meyakini, dalam sebuah vaksin, tidak mungkin mengandung zat-zat berbahaya karena vaksin itu sudah di filter berkali-kali, serta memiliki standarisasinya tersendiri.

"Saya sebagai Muslim, meskipun belum ada sertifikat halal, tapi kalau untuk seperti vaksin gitu, saya sih tidak memikirkan halal haram ya. Karena urgensi-nya juga udah lumayan untuk kasus rubella. Udah banyak kasusnya," ujar dia.

Untuk kandungan dalam vaksin, sepengetahuan Ria, vaksin pada masa sekarang sudah banyak yang tidak mengandung babi. Karena para pembuatnya sudah mulai membuat vaksin dengan kandungan sapi, ayam, dan lainnya.

"Dulu memang ada vaksin menggunakan bahan babi. Tapi, saya tidak punya data yang valid untuk jenis vaksin apa saja yang mengandung babi. Tapi seingat saya, ada. Tapi, kalau ingin menanyakan langsung terkait vaksin, bisa tanyakan Dokter Piprim. Beliau ahli vaksin sekaligus muslim yang baik juga. Dia bisa menjelaskan dari segi agama dan kesehatan. Jadi dari dua sisi," papar Ria.

Semua balik lagi kepada urgensi-nya. Karena, dikatakan dia, jika tujuannya pengobatan, itu tidak masalah. Sebagai orang tua, dia lebih merasa takut kenapa-kenapa pada si anak jika tidak divaksin, daripada takut kandungannya tidak halal atau tidak baik. "Karena saya percaya sama teknologi yang digunakan. Tidak mungkin mengandung bahan berbahaya," kata dia.

Ria merasa masih banyak ibu-ibu yang tidak teredukasi terkait vaksin ini. Kebanyakan, ibu-ibu ini sumbernya adalah media yang valid. Masalah vaksin, sebenarnya ada jurnal kesehatannya yang bisa dibaca untuk pengetahuan, atau paling mentok bisa cari infonya di situs idai http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/apakah-vaksin-mengandung-babi

Sementara itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sepakat imunisasi measles rubella (MR) menjadi suatu keharusan bagi anak karena untuk memenuhi hak anak dan kemaslahatan lebih besar. Ketua KPAI, Susanto, menjelaskan saat mengadakan Forum Group Discussion (FGD), KPAI melibatkan seluruh stakeholders baik Kemenkes, MUI, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan lainnya.

"Kita tampung semua masukan untuk pemastian pemenuhan hak imunisasi bagi anak. Imunisasi itu hak anak, namun vaksinnya harus dipastikan terjamin kualitasnya," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, via telepon, Ahad (3/9) malam.

FGD tersebut dilaksanakan sebelum KPAI bertemu dengan Menteri Kesehatan, hingga mencapai keputusan untuk mengharuskan Vaksin MR bagi anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement