Senin 21 Aug 2017 03:01 WIB

20 Persen Pasien Kanker Meninggal karena Sindroma Cachexia

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Indira Rezkisari
Salah satu peserta aksi menunjukkan selebaran sosialisasi tentang kanker pada aksi hari kanker sedunia.
Foto: Antara
Salah satu peserta aksi menunjukkan selebaran sosialisasi tentang kanker pada aksi hari kanker sedunia.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Sindroma Cachexia sering ditemui pada pasien kanker. Bahkan kadang pasien kanker meninggal bukan karena penyakitnya, melainkan karena sindroma Cachexia.

Menurut penelitian angka kejadian sindroma Cachexia dialami oleh sekitar 15-40 persen pasien kanker, 80 persen pasien kanker dengan sakit lanjut (stadium 3 B dan 4) dan berkali-kali sakit kanker dan 20 persen penyebab kematian pada pasien kanker, kata Dosen dan Staf Medik Fungsional Divisi Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UGM/RSUP Dr Sardjito Mardiah Suci Hardianti pada acara Seminar Kanker Payudara dan Nutrisi untuk pasien Kanker yang diselenggarakan oleh Yayasan Kanker Indonesia Cabang DIY, di Aula YKI Cabang Yogyakarta.

''Jadi bila ada 100 orang pasien kanker yang meninggal, maka 20 orang pasien kanker tersebut meninggal disebabkan oleh sindroma Cachecia dan bukan karena penyakit kanker,'' jelas Diah, panggilan akrab Mardiah Suci Hardianti.

Apa itu sindroma Cachexia? Cachexia artinya kondisi yang buruk. Jadi sindroma Cachexia adalah suatu kumpulan gejala metabolik yang kompleks yang berkaitan dengan adanya penyakit yang mendasari yang ditandai penurunan masa otot disertai atau tanpa penurnan massa lunak sehingga bisa berakibat buruk pada seseorang yang mengalaminya.

Gejala dan tanda sindroma Cachexia yakni pasien merasakan adanya perubahan rasa dan bau misalnya rasa hambar, nafsu makan menurun, rasa cepat penuh yakni dimasuki makanan sedikit mudah kenyang. Menurut Mardiah, karena adanya masalah dari asupan energi mengakibatkan perubahan status nutrisi seperti laju metabolisme basal pada pasien kanker lebih tinggi. Karena itu butuh asupan energi lebih besar, adanya perubahan hormonal, mood diatur oleh hormon berkaitan dengan berat badan, jaringan otot dan lemak menurun hingga timbul fatique atau kelelahan berat meskipun sudah tidur dan istirahat yang mengakibatkan terjadi penurunan fungsi.

Penyebabnya primer antara lain, tumor yang ada pasien mengganggu perbaikan jaringan. Karena tumor mengeluarkan sitokin atau produk tumor yang mengganggu jaringan, sel yang rusak lebih tinggi daripada sel yang membangun, zat-zat tumor menimbulkan respon peradangan/inflamasi sistemik. Zat tumor menimbulkan respons peradangan atau inflamasi sistemik mengakibatkan laju metabolisme lebih tinggi sehingga cepat penuh, tidak ada nafsu makan. Akibatnya hilangnya massa otot dan lemak.

Penyebab sekunder lebih subyektif seperti mual, muntah stomatitis, diare atau susah buang air besar, terjadi penyumbatan saluran cerna yang mengakibatkan malnutrisi, jelasnya. Lebih lanjut Diah mengatakan insiden terbanyak sindroma Cachexia adalah tumor pankreas (83 persen), kemudian tumor pencernaan (83 persen), tumor eshopagus (79 persen), tumor kepala (72 persen), tumor usus atau colorecktal (55-60 persen), tumor paru (50-66 persen), tumor prostat (56 persen), dan tumor payudara (10-35 persen).

Karena itu penting peran terapi nutrisi karena bisa mempertahankan berat badan dan kekuatan, mencegah kerusakan jaringan tubuh dan membangunnya kembali, melawan infeksi, mencegah dan memperbaiki defisiensi nutrisi, membantu mentoleransi terapi dan meminimalkan komplikasi yang terkait nutrisi. Sehingga bisa memaksimalkan kualitas hidup dan prognosis. Nutrisi yang diperlukan bagi penderita kanker adalah omega tiga dan asupan asam amino rantai cabang yang antara lain terdapat dalam telur, kacang-kacangan, sayuran hijau, ikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement