Kamis 21 Sep 2017 16:17 WIB

Begini Dampak Putus Cinta Terhadap Kesehatan Anda

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Esthi Maharani
Putus Cinta (ilustrasi)
Foto: www.love.catchsmile.com
Putus Cinta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Rasa rindu dan kemarahan merupakan dua hal yang biasanya dirasakan seseorang setelah putus cinta. Kedua hal ini ternyata tak hanya berpotensi memicu rasa kesepian dan depresi, tetapi juga dapat menurunkan fungsi sistem kekebalan tubuh.

Hal ini diungkapkan oleh profesor di bidang psikiatri dari Ohio State University, Janice Kiecolt-Glaser, melalui penelitian terbarunya. Dalam penelitian tersebut, Kiecolt-Glaser mengatakan hormon stres yang timbul saat patah hati kemungkinan besar menjadi penyebab turunnya fungsi sistem kekebalan tubuh ini.

Kiecolt-Glaser mengatakan sel sistem imun memiliki reseptor yang akan bereaksi terhadap beragam hormon. Hormon-hormon ini termasuk hormon yang berkaitan dengan stres, depresi maupun respon emosional lain yang timbul saat seseorang putus cinta.

Lamanya seseorang tenggelam dalam kegalauan setelah putus cinta sejalan dengan lamanya peningkatan hormon stres terjadi dalam tubuh. Jika kondisi ini berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, inflamasi ataupun perubahan bakteri dalam usus bisa saja terjadi.

"Putus dengan pasangan dapat membuat seseorang merasa sedih dan kesepian, meski itu merupakan keputusan yang mereka inginkan," terang Kiecolt-Glaser seperti dilansir TIME.

Inflamasi yang terjadi dalam waktu cukup lama dapat menyebabkan penurunan kemampuan tubuh dalam melindungi diri dari patogen-patogen penyebab penyakit. Perubahan-perubahan pada bakteri dalam usus juga dapat meningatkan rasa sakit yang berkaitan dengan kondisi yang mungkin sudah dialami orang orang yang bersangkutan, contohnya arthritis.

"Masalah utamanya adalah stres psikologis," sambung profesor di bidang psikologi dari University of Arizona, David Sbarra.

Berdasarkan penelitian, Sbarra mengatakan hubungan asmara yang terjadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun akan membuat sepasang kekasih memiliki hubungan yang erat baik secara psikologis maupun biologis. Otak dan tubuh seseorang akan menjadi terbiasa dengan kehadiran pasangan mereka. Jika suatu ketika pasangan tersebut tak lagi hadir di sisi mereka, maka waktu tidur, nafsu makan bahkan pengaturan suhu tubuh bisa terpengaruh.

Sebaliknya, hal-hal negatif ini cenderung tidak ditemukan pada orang yang merasa bahagia setelah putus dari pasangan. Sistem imunitas tubuh orang-orang ini cenderung tidak terpengaruh karena mereka tidak begitu merasakan tekanan atau stres setelah putus cinta.

Untuk itu, penting bagi seseorang yang baru saja putus cinta untuk bisa segera bangkit dari kesedihan. Salah satu yang diperlukan oleh orang yang baru saja putus cinta adalah dukungan dari orang-orang terdekat.

"Dukungan sosial penting bagi kesehatan dan fungsi imunitas tubuh," tambah Kiecolt-Glazer.

Hal lain yang bisa menunjang sistem imunitas selama masa-masa galau adalah pola makan yang sehat dan olahraga. Menghindari alkohol juga termasuk bagian penting dalam menjaga kondisi tubuh tetap baik setelah putus hubungan dengan pasangan.

Peneliti dari Northwestern University Grace Larson mengatakan orang yang baru putus cinta juga bisa menyibukkan diri dengan hal-hal yang biasa mereka lakukan sebelum menjalin hubungan asmara. Orang yang baru putus cinta juga bisa mulai mengubah istilah 'kita' menjadi 'aku' dan 'dia' saat menggambarkan kondisi hubungan dengan mantan.

Mengakhiri suatu hubungan asmara memang hal yang berat untuk dijalani. Tiap orang baru saja mengalami hal ini pasti membutuhkan waktu untuk berduka dan melakukan refleksi diri. Akan tetapi, semakin cepat seseorang bangkit dari kesedihan pascaputus cinta, semakin cepat pula sistem imunitas tubuh mereka kembali optimal seperti sedia kala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement